Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Teladan Nabi Muhammad Menyikapi Kritik, Masih Relevan di Era Demokrasi Modern?

15 September 2025   19:52 Diperbarui: 15 September 2025   19:52 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Kritik dalam Distribusi Keadilan

Kisah lain datang dari pembagian harta rampasan perang. Nabi SAW memberi bagian lebih besar kepada para mualaf untuk memperkuat iman mereka. Namun, sebagian kaum Ansar merasa tersisih dan mengeluhkan ketidakadilan.

Alih-alih menegur keras, Nabi mengumpulkan mereka. Beliau mengingatkan jasa besar kaum Ansar dalam perjuangan Islam dan menegaskan cinta kasihnya. Kata-kata penuh kasih itu membuat mereka menangis dan puas menerima keputusan.

Kritik yang lahir dari perasaan terabaikan dijawab dengan komunikasi yang menenangkan. Pelajaran ini menekankan pentingnya memahami akar kritik: sering kali bukan substansi, melainkan rasa tidak diperhatikan.

3. Menolak Defensif, Memilih Reflektif

Nabi SAW tidak pernah membalas dendam pribadi. Menurut Aisyah RA, beliau hanya marah jika hukum Allah dilanggar, bukan karena kepentingan pribadi. Inilah ketegasan spiritual yang membedakan antara ego dan prinsip.

Sikap reflektif ini sangat relevan dalam kehidupan modern. Banyak orang gagal membedakan kritik terhadap kinerja dengan serangan pribadi. Akibatnya, muncul sikap defensif yang merugikan diri dan orang lain.

Teladan Nabi SAW mengajarkan: kritik adalah cermin untuk evaluasi, bukan ancaman untuk harga diri. Dengan refleksi, kritik justru bisa menjadi sumber pertumbuhan.

4. Kritik sebagai Jalan Edukasi

Dalam setiap kesempatan, Nabi Muhammad SAW menjadikan kritik sebagai jalan untuk mendidik umat. Beliau tidak hanya menyelesaikan masalah sesaat, melainkan mengubah pola pikir pengkritiknya. Zaid ibn Sun’ah yang awalnya kasar justru akhirnya masuk Islam karena menyaksikan akhlak Nabi.

Ini menunjukkan bahwa kritik bisa menjadi pintu hidayah. Bukan sekadar diselesaikan dengan argumen, tetapi dengan teladan nyata dalam perilaku. Akhlak jauh lebih kuat dibanding sekadar logika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun