Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Dipasangkan Kembali, Diuji Kembali: Sebab Juara Bukan Sekadar Chemistry, Tapi Konsistensi

1 Agustus 2025   13:57 Diperbarui: 1 Agustus 2025   13:57 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dipasangkan Kembali, Diuji Kembali: Sebab Juara Bukan Sekadar Chemistry, Tapi Konsistensi
Apri/Fadia dan Dilema Regenerasi Ganda Putri Indonesia

Oleh Karnita

Pendahuluan: Walking Back to Glory: Prolog Satu Reuni, Banyak Harapan
Pada Jumat, 1 Agustus 2025, Republika merilis artikel berjudul “Ganda Putri, Apri dan Fadia Dipasangkan Lagi”. Di balik berita yang tampak sederhana tentang rotasi pasangan, tersimpan cerita panjang tentang strategi, cedera, tekanan performa, dan harapan regenerasi yang tak kunjung stabil di sektor ganda putri. Penulis tertarik pada momen ini karena memadukan dimensi teknis dan emosional dalam bulu tangkis—olahraga yang selama ini kita banggakan sebagai ‘lumbung emas’ Asia Tenggara.

Urgensi berita ini terletak pada momentum. Keputusan PBSI merombak keempat pasangan utama ganda putri dilakukan menjelang turnamen besar seperti Hong Kong Open dan China Masters. Ini bukan sekadar penyegaran, melainkan bentuk evaluasi struktural atas stagnasi prestasi dalam dua tahun terakhir. Di tengah kompetisi global yang kian ketat, Indonesia tak bisa terus-menerus bergantung pada prestasi masa lalu.

Lebih dari itu, kembalinya duet Apriyani/Fadia mencerminkan upaya mencari keseimbangan antara pengalaman dan potensi. Namun publik tak hanya menuntut pencapaian, tapi juga transparansi strategi pembinaan. Dalam konteks ini, pelatnas PBSI seolah sedang diuji ulang: apakah mereka masih mampu melahirkan juara dunia, atau sekadar mengelola ulang fragmen kejayaan yang mulai retak?

1. Apri/Fadia: Chemistry yang Teruji, Konsistensi yang Diragukan

Duet Apriyani Rahayu dan Siti Fadia Silva Ramadhanti bukan duet baru. Mereka pernah mengharumkan nama Indonesia saat meraih medali emas SEA Games Vietnam 2021. Tapi sejarah manis itu tak serta merta berlanjut konsisten. Cedera panjang Apri, diikuti performa naik-turun Fadia, menjadikan pasangan ini ibarat kapal layar yang sering tambat sebelum benar-benar berlayar jauh.

PBSI tampaknya menyadari bahwa chemistry keduanya tetap kuat, tapi aspek kebugaran dan kontinuitas turnamen jadi hambatan utama. Dalam turnamen terakhir mereka di Orleans Masters 2025, langkah mereka terhenti di perempat final—hasil yang kurang ideal bagi pasangan berpengalaman. Namun keputusan untuk menggabungkan kembali mereka mencerminkan kepercayaan bahwa dengan waktu dan pembinaan tepat, pasangan ini masih bisa bersinar.

Dari sisi kritik, publik patut bertanya: apakah keputusan ini berbasis evaluasi performa objektif, atau sekadar langkah instan meredam tekanan karena tak ada pasangan baru yang cukup siap? Kembali mempersatukan pasangan lama tanpa landasan pembinaan jangka panjang bisa memunculkan kesan regresi, bukan progresi.

2. Sistem Karantina Pasangan: Eksperimen atau Inkonsistensi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun