Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Minggu Tanpa Gawai: Tantangan Kecil, Dampak Besar untuk Keluarga Modern

15 Juni 2025   10:55 Diperbarui: 15 Juni 2025   10:55 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Contohnya datang dari Desa Wonomulyo, Sleman, yang mulai menerapkan program “Ahad Tanpa Gawai” sejak awal 2024. Pada hari itu, warga didorong untuk melakukan kerja bakti, arisan RT, atau sekadar piknik keluarga di lapangan desa. Dampaknya bukan hanya mengurangi screen time, tapi juga memperkuat solidaritas sosial yang selama ini terkikis. Anak-anak belajar bahwa kebersamaan tidak harus selalu dalam bentuk “party online” atau game streaming, tapi bisa lewat permainan tradisional atau dongeng bersama.

Menghidupkan ruang komunitas bukan berarti menolak teknologi, melainkan membangun keseimbangan antara dunia virtual dan dunia nyata. Minggu Tanpa Gawai memberi alasan bagi masyarakat untuk keluar dari zona nyaman digital dan masuk kembali ke dalam ritme kebersamaan yang organik.

5. Menuju Keseimbangan Digital dalam Pendidikan dan Pola Asuh

Menuju Keseimbangan Digital dalam Pendidikan dan Pola Asuh (dok. Mamanesia)
Menuju Keseimbangan Digital dalam Pendidikan dan Pola Asuh (dok. Mamanesia)

Pendidikan keluarga hari ini tak lepas dari dunia digital, termasuk platform belajar online atau aplikasi parenting. Namun, jika tidak dikelola dengan bijak, semua itu justru memperkuat pola asuh yang mekanistik dan transaksional. Minggu Tanpa Gawai mengingatkan bahwa pendidikan yang bermakna bukan hanya soal akses materi digital, tapi juga soal waktu tatap muka, diskusi hangat, dan kehadiran emosional yang konsisten.

Guru besar pendidikan anak, Prof. Darminto, menekankan bahwa pembentukan karakter memerlukan stimulasi langsung dari lingkungan emosional yang sehat. Interaksi manusiawi tidak dapat sepenuhnya digantikan oleh teknologi. Inilah mengapa Minggu Tanpa Gawai menjadi strategi sederhana namun efektif untuk mengembalikan nuansa edukatif dalam keluarga.

Pola asuh berbasis koneksi emosional jauh lebih tahan lama dibanding pola berbasis kontrol digital. Ketika anak terbiasa merasa dilihat dan didengar secara utuh, ia akan tumbuh dengan rasa aman dan percaya diri—bekal utama untuk menghadapi tantangan zaman yang serbadigital.

Penutup: Satu Hari untuk Keluarga, Seumur Hidup Dampaknya

“Teknologi bisa menautkan jarak, tapi hanya kehadiran utuh yang bisa menautkan hati.”

Gawai adalah alat, bukan pengganti pelukan. Di tengah arus digital yang begitu deras, kita membutuhkan momen-momen jeda untuk kembali menyapa manusia yang ada di sekitar kita—terutama keluarga. Gerakan Minggu Tanpa Gawai adalah undangan untuk menghadirkan kembali percakapan yang jujur, tawa yang spontan, dan kehangatan yang tidak bisa diunduh dari mana pun.

Sebagaimana ditulis oleh pendidik keluarga John Medina, “The most meaningful things in life happen offline.” Maka, mari rayakan koneksi sejati—walau hanya seminggu sekali. Karena dari sanalah masa depan anak-anak kita dimulai. Wallahu a’lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun