Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Minggu Tanpa Gawai: Tantangan Kecil, Dampak Besar untuk Keluarga Modern

15 Juni 2025   10:55 Diperbarui: 15 Juni 2025   10:55 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menuju Keseimbangan Digital dalam Pendidikan dan Pola Asuh (dok. Mamanesia)

Minggu Tanpa Gawai: Tantangan Kecil, Dampak Besar untuk Keluarga Modern

“Anak tak butuh gawai, tapi butuh tatapan dan pelukan yang hadir utuh.”

Oleh Karnita

Pendahuluan: Gawai dan Krisis Kehangatan Keluarga

Menurut laporan Kompas edisi 9 Juni 2025, fenomena keluarga yang kehilangan rutinitas sarapan bersama makin menguat, terutama di wilayah perkotaan. Penyebab utamanya bukan hanya soal perbedaan jadwal kerja dan sekolah, tetapi juga hadirnya gawai di hampir setiap sudut rumah. Meja makan tak lagi menjadi ruang bertukar cerita, melainkan ajang scroll tanpa henti. Fenomena ini menandai betapa seriusnya tantangan digitalisasi terhadap relasi antaranggota keluarga.

Kondisi di perdesaan pun tak jauh berbeda. Meskipun ritme hidupnya cenderung lebih lambat, penetrasi internet dan penggunaan gawai tetap tinggi. Orang tua dan anak bisa duduk di ruang yang sama, tetapi larut dalam dunia yang berbeda. Dalam situasi seperti inilah muncul sebuah gerakan menarik: Minggu Tanpa Gawai, sebuah inisiatif kecil yang menawarkan dampak besar terhadap kehangatan keluarga. Artikel ini akan membedah ide tersebut secara analitis dan reflektif.

1. Gawai: Antara Alat Bantu dan Penjeda Emosi

Gawai memang telah mengubah cara kita bekerja, belajar, bahkan mengasuh anak. Namun, ketika penggunaannya tidak terkendali, ia berubah menjadi “penjeda emosi”—menghambat koneksi dan empati dalam interaksi keluarga. Sebuah studi oleh UNICEF (2024) menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh di rumah dengan penggunaan gawai berlebihan cenderung memiliki keterampilan sosial yang lebih rendah dan lebih sulit membangun hubungan emosional yang stabil.

Fenomena ini diperparah oleh normalisasi multitasking digital: orang tua yang bermain gawai sambil menemani anak belajar, atau anak remaja yang bermain game saat makan malam. Tanpa disadari, waktu berkualitas yang semestinya memperkuat ikatan justru terkikis pelan-pelan. Saat itulah pentingnya membangun jeda digital: memberi ruang untuk hadir sepenuhnya dalam relasi, bukan hanya secara fisik, tetapi juga psikis dan emosional.

Gerakan Minggu Tanpa Gawai hadir sebagai respons terhadap hal ini. Tidak bertujuan untuk menghapus teknologi, tetapi menantang keluarga untuk meluangkan satu hari dalam seminggu untuk benar-benar terhubung secara manusiawi—tanpa layar, notifikasi, atau distraksi digital.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun