6. Pemimpin Itu Melayani, Bukan Bersembunyi
"Yang pertama turun ke lapangan, itulah pemimpin yang paling layak didengar."Â --- BJ Habibie
Dedi Mulyadi dikenal aktif menyambangi masyarakat secara langsung. Ketika ada laporan perundungan, ketika ada warga mengadu soal pungli, ia hadir. Itu bukan sekadar pencitraan, tapi bentuk kepemimpinan yang berakar.
Kehadirannya membangun kepercayaan. Dan ketika kepercayaan itu disambut dengan kritik tajam, Dedi tidak lari. Ia tetap hadir, meminta maaf bila perlu, tapi tidak mundur dari tanggung jawab.
Kita sudah terlalu lama hidup dengan pemimpin yang memilih diam demi aman. Maka ketika muncul sosok yang bicara, bertindak, dan siap dikritik, kita seharusnya menyambutnya dengan harapan, bukan kecurigaan berlebihan.
7. Jangan Tunduk pada Tekanan Ormas
"Jika pemimpin tunduk pada tekanan, maka rakyat akan hidup dalam ketakutan."Â --- Syafii Maarif
Ada ormas yang marah, ada pengacara yang berkoar di televisi. Tapi satu hal yang tidak boleh terjadi adalah pemimpin gentar. Rakyat melihat dan menilai: siapa yang berani berdiri, dan siapa yang sembunyi di balik meja.
Tantangan dialog seharusnya diterima sebagai ruang belajar bersama, tapi bukan sebagai panggung intimidasi. Dedi tahu itu. Maka ia tetap membuka ruang diskusi tanpa mengorbankan prinsip dasar: keselamatan dan kenyamanan publik.
Ormas adalah bagian dari masyarakat sipil. Tapi jika ada yang berubah menjadi alat tekanan dan intimidasi, maka negara harus hadir. Dan pemimpin daerah harus jadi garda terdepan, bukan sekadar penonton.
8. Terus Melaju, Jangan Kendor!