Mohon tunggu...
Karnita
Karnita Mohon Tunggu... Guru

"Aku memang seorang pejalan kaki yang lambat, tapi aku tidak pernah berhenti." — Abraham Lincoln.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

"Maaf, Saya Bikin Gaduh, Tapi Rakyak Tak Butuh Pemimpin yang Diam"

16 April 2025   09:46 Diperbarui: 16 April 2025   09:46 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Jangan kendor! Karena perubahan tak lahir dari keraguan."(Sumber: Tribunnews.com)

Namun, keberanian seperti itu pun harus dilengkapi dengan kesiapan mental menghadapi serangan balik. Kritikan datang tak hanya dari publik biasa, tapi juga dari tokoh-tokoh ormas yang merasa tersinggung. Meski begitu, Dedi tak pernah membalas dengan amarah, melainkan dengan argumen.

Apa yang kita butuhkan di era ini bukanlah pemimpin pencitraan, tapi pemimpin yang mampu bertindak cepat di lapangan dan tidak takut pada stigma "gagal koordinasi" hanya karena bergerak mendahului. Kita tahu, rakyat lebih suka dampak nyata ketimbang rapat panjang yang tak menghasilkan apa-apa.

2. Tegas Bukan Berarti Sewenang-wenang

"Tegas bukan berarti tanpa aturan, tapi justru keberanian menegakkan aturan." --- Mahfud MD

Salah satu kritik yang dialamatkan kepada Dedi adalah soal prosedur. Ia dianggap terlalu terburu-buru. Namun kritik ini bisa jadi hanya persepsi dari mereka yang terbiasa melihat birokrasi sebagai jalur berliku. Faktanya, kebijakan seperti pembentukan Satgas Antipremanisme justru lahir dari keresahan masyarakat.

Dedi tidak bertindak sendiri. Ia selalu menyatakan pentingnya koordinasi dengan instansi seperti kepolisian dan kejaksaan. Namun ketika premanisme sudah terang-terangan meresahkan masyarakat, ia tak akan menunggu aba-aba yang terlalu lama. Ini bukan soal jalan pintas, tapi soal prioritas.

Jika ketegasan itu membuat pihak-pihak tertentu terusik, maka itu risiko yang harus ditanggung. Karena kebaikan publik tak boleh disandera oleh kenyamanan sekelompok elite atau organisasi. Tegas yang terukur selalu lebih baik ketimbang netral yang membingungkan.

3. Lawan Premanisme dengan Ketegasan dan Koordinasi

"Premanisme tak akan punah jika kita terus memberi ruang kompromi atas nama toleransi." --- Ridwan Saidi

Dedi Mulyadi bukan hanya mengungkapkan keresahannya tentang praktik premanisme, tapi juga mengambil langkah nyata. Ia ingin membentuk Satgas Antipremanisme bukan karena benci ormas, tapi karena ia peduli pada warga kecil yang kerap jadi korban intimidasi, pungli, bahkan kekerasan terselubung.

Tentu, langkah ini membuat sebagian ormas merasa tersudut. Tantangan dan undangan diskusi dari Gabryel Etwiorry menunjukkan bahwa resistensi terhadap ketegasan itu nyata. Namun Dedi meresponsnya dengan kepala dingin: ia terbuka untuk dialog, tapi tetap kokoh dalam prinsip.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun