Mohon tunggu...
teteh...
teteh... Mohon Tunggu... kerja di Chatay Pasific aja...

------

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bunga sakura di Gaza...

20 September 2025   19:06 Diperbarui: 20 September 2025   19:06 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Bunga Sakura di Gaza


Langit Gaza sore itu berwarna jingga kemerahan, menyiratkan keindahan yang bertolak belakang dengan reruntuhan yang mengepungnya. Di antara tumpukan puing dan debu, berdiri Sakura, seorang relawan muda dari UNICEF dengan senyum yang tidak pernah pudar. Tugasnya sederhana, tapi berat: memberikan harapan.
Sudah tiga bulan Sakura berada di Gaza. Gadis Jepang itu awalnya merasa canggung dengan lingkungan yang asing. Bahasa Arab yang dia pelajari terasa kaku di lidahnya, dan perbedaan budaya seringkali membuatnya salah tingkah. Namun, kehangatan anak-anak Gaza meluluhkan semua keraguannya. Mereka menyambutnya dengan tawa riang dan mata yang penuh ingin tahu, seolah-olah perang hanyalah cerita pengantar tidur.
Suatu sore, saat ia sedang membagikan mainan di sebuah kamp pengungsian, seorang anak kecil menghampirinya. Namanya Omar. Usianya sekitar tujuh tahun, dengan mata cokelat yang besar dan dalam. Ia tidak meminta mainan, melainkan menanyakan sesuatu yang mengejutkan Sakura.
"Kakak, bunga sakura itu seperti apa?" tanya Omar dengan polosnya.
Sakura tertegun. Ia tidak menyangka pertanyaan itu akan keluar dari mulut seorang anak yang hidupnya dikelilingi oleh tembok beton dan suara sirene. Sakura mengeluarkan sebuah buku kecil dari tasnya, buku yang berisi sketsa-sketsa bunga sakura di kampung halamannya.
"Ini bunga sakura, Omar. Bunga ini mekar sebentar saja, tapi kehadirannya sangat dinantikan. Bunga ini melambangkan harapan dan keindahan yang datang setelah musim dingin yang panjang," jelas Sakura, suaranya lembut.
Omar menatap sketsa itu dengan kagum. "Jadi, bunga itu melambangkan kita, ya, Kak? Kita akan mekar lagi setelah perang ini selesai?"
Sakura tidak bisa menahan air matanya. Ia mengangguk dan memeluk Omar erat-erat. "Tentu, Omar. Kalian akan mekar lagi. Kalian adalah bunga-bunga terindah yang pernah Kakak lihat."
Sejak saat itu, Sakura tidak hanya membagikan mainan atau makanan. Ia mulai mengajari anak-anak melukis bunga sakura di dinding-dinding yang retak. Anak-anak dengan antusias mengikuti ajarannya. Dinding-dinding yang sebelumnya suram kini dipenuhi dengan gambar bunga berwarna merah muda dan putih. Senyum mereka mekar, sama indahnya dengan bunga-bunga yang mereka lukis.
Di tengah-tengah kekacauan, Sakura menemukan kedamaian. Ia tidak lagi melihat Gaza hanya sebagai tempat konflik, tetapi sebagai ladang di mana harapan dan keindahan bisa tumbuh, bahkan di tanah yang paling tandus. Sakura menyadari bahwa tugasnya bukan hanya memberikan bantuan fisik, tapi juga menanamkan keyakinan bahwa masa depan yang lebih baik itu ada, dan bahwa keindahan, seperti bunga sakura, akan selalu menemukan jalannya untuk mekar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun