Mohon tunggu...
Nur Azis
Nur Azis Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar sepanjang waktu

Bercerita dalam ruang imajinasi tanpa batas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Genting yang Bocor

3 November 2019   20:30 Diperbarui: 4 November 2019   01:34 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pixabay/congerdesign

Malika tak seperti biasanya, sepanjang jalan, sambil mengendarai mobil Fortuner hitam, lelaki itu lebih banyak diam. Jantungnya terus memompa lebih kencang.

Ini memang pertama kali, Malika mengajak kekasihnya ke rumah. Sekaligus, dia akan memperkenalkan dengan ibunya. Bukan hal yang mudah, karena Lena, adalah perempuan yang terbiasa hidup bersih. Tinggalnya di perkotaan, dan semua serba higienis.

Baru kali ini, Malika benar-benar tidak percaya diri. Bagaimana mungkin, Lena, kelak mau hidup bersama dengan dirinya. Tinggal bersama ibunya, dengan rumah yang usianya sudah puluhan tahun. Dan setiap musim penghujan seperti ini, sudah seperti comberan. Air menggenang di mana-mana.

Mobil Fortuner hitam itu, berhenti di depan rumah. Yang pagarnya terbuat dari besi. Sudah berkarat karena termakan usia. Dari dalam mobil, jika memandang sisi depan rumah, sudah hampir mirip dengan bangunan lama, yang tak berpenghuni. Beberapa cat temboknya sudah kusam. Kalaupun di cat baru, juga akan tetap terlihat kusam.

"Kita sudah sampai," kata Malika kepada Lena, yang duduk di sampingnya.

"Oke," jawab perempuan yang berkulit putih itu, singkat. "Kita turun sekarang?" dia melanjutkan.

"Iya kita turun," jawab Malika, dengan melepas tarikan nafas yang sedari tadi dia tahan.

"Sekarang?"

Malika memandang tajam, wajah kekasihnya. Dia memegang erat tangan Lena, "Aku sangat mencintaimu."

Lena menggenggam erat, genggaman tangan Malika. Perempuan itu, mendaratkan bibirnya yang merah pada pipi Malika. "I love you too."

"What wrong, Mal? Sepertinya ada sesuatu yang ingin kau sampaikan," Lena memandang Malika penuh tanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun