Memang laki-laki itu tak memiliki bakat sama sekali. Sejak kecil, memang tak pernah berkutat dengan pekerjaan seperti itu. Hampir semuanya, dikerjakan oleh bapaknya. Atau kalau tidak, akan dikerjakan oleh kakak tertuanya. Sekarang bapaknya telah tiada, sementara kakaknya, tinggal bersama istrinya di luar kota.
Malam itu, sehabis Maghrib, hujan kembali turun. Memang tak terlalu deras seperti malam-malam yang kalau. Namun, kali ini, hujannya cukup lama. Dan seperti biasanya, di rumah akan ada banyak ember yang berjajar untuk menampung bocoran air hujan.
"Mak, Leni mau datang ke rumah." Kata Malika, sambil memastikan posisi ember tepat berada di bawah genting yang bocor.
"Kapan?" tanya Mak Darmi.
"Ya, mungkin minggu-minggu ini, Mak."
"Ya lebih baik seperti itu. Tak baik pacaran lama-lama. Godaannya besar."
"Tapi, Mak."
"Kenapa?"
"Bocor. Rumah kita berantakan, seperti ini."
"Ya kalau bocor, Kamu perbaiki. Kalau tidak bisa, Kamu cari orang untuk memperbaikinya."
"Apa tidak baik kita renovasi saja rumah ini, Mak?"
"Sudah berapa kali Mak katakan. Tidak, tidak ada yang boleh merenovasi rumah ini. Biarlah seperti ini. Jika kamu tidak senang, silakan kamu buat rumah sendiri. Nikmati hasil jerih payahmu dengan anak dan istrimu nanti!"