"Ya sudah lah, gampang. Besok saya bawakan alat-alat pertukangan saya. Semua akan beres. Tapi, kasih imbalan dulu ya."
"Haiyah ... dimana-mana, yang namanya imbalan itu di belakang, Kang. Sudah, benerin dulu, nanti habis itu saya kasih imbalan."
Keesokannya, setelah mengantar istrinya, Suman kembali ke warung Mbak Midah dengan seperangkat alat pertukangannya.
"Kang Suman, ini ada temannya, yang nanti membantu Sampean, Namanya Kang Madun."
Dua lelaki itu, segera memperbaiki warung Mbak Midah.
"Loh ... dengar-dengar, Sampean trauma dengan alat tukang dan kayu, Kang Suman. Ini kok, berani, memperbaiki warung ini." Kata Madun.
"Oh ... itu alasan saya saja. Saya tak mau bekerja di tempat Juragan Abas. Dia itu, lelaki hidung belang. Beberapa kali, saya sempat menjumpai, dia menggoda istri saya. Siapa yang tidak takut. Saya sering ke pikiran, hingga hilang konsentrasi, dan akhirnya kecelakaan itu terjadi."
"Oh ... lah kenapa tidak bekerja di tempat yang lain saja?"
"Saya juga takut. Jika aku bekerja, bagaimana jika Juragan Abas menghampiri istriku di rumah. Dengan begini, istri saya bekerja di Pabrik, saya bisa setiap hari mengawasi istri saya. Jika ada yang berani macam-macam, akan langsung saya sikat."
"Midah juga begitu" kata Madun.
"Midah?" Suman matanya berputar.