Suman hanya bisa menghela nafas panjang. Tak kuasa menolak keinginan istrinya. Mau bagaimana lagi, nyatanya memang semua butuh uang.
Kini, setiap hari, pagi sekali, Suman harus mengantar istrinya berangkat kerja. Dia tak mungkin membiarkan istrinya berangkat sendiri. Lelaki itu sangat takut, jika ada lelaki lain yang menggoda istrinya. Bagaimana tidak, Hesti itu masih mudah. Berwajah cantik, kulitnya putih, dan tubuhnya bagus.
Demikian juga sewaktu pulang. Suman sudah menunggunya di warung Mbak Midah, yang tempatnya tak jauh dari pintu keluar Pabrik. Biasanya, sejam sebelum waktu pulang, Suman sudah berada di sana.
Sambil menunggu, Suman kerap memesan secangkir kopi hitam. Memang jam-jam seperti itu, warung Mbak Midah agak sepi. Kondisi yang demikian, membuat Suman lebih sering mengisi masa menunggunya, mengobrol dengan Mbak Midah.
Entah lah. Bagi Suman, Mbak Midah seperti obat penawar. Saat hari-harinya selalu disibukkan dengan tugas mengurus rumah tangga, anak-anak dan mengantar istri bekerja. Seringkali, dia mencurahkan keluh kesahnya pada Mbak Midah. Termasuk, sekarang, dirinya yang jarang mendapat jatah dari istrinya. Setiap kali diajak berhubungan, selalu saja menolak, dengan mengeluh capek.
Kedekatan yang awalnya antara pembeli dan penjual itu, semakin lama, menunjukkan hubungan yang lebih dari sekedar itu. Suman merasa nyaman dengan Mbak Midah. Meski Suman tahu, bahwa perempuan yang memiliki pinggul besar dan berisi itu, masih bersuami, dan sudah memiliki dua anak. Sama juga dengan dirinya sekarang, yang juga sudah beristri.
Bangunan warung Mbak Midah yang terbuat dari kayu, beberapa bagian memang sudah lapuk. Beberapa lagi malah sudah nampak reyot. Atapnya sudah hampir roboh. Jika tidak diperbaiki, maka musim hujan nanti, bisa jadi Mbak Midah tak bisa berjualan.
Tahu jika sebelumnya Suman adalah seorang tukang kayu, Mbak Midah minta bantuan kepadanya.
"Kang Suman, mbok dibenerin warungku ini." Pinta Mbak Midah manja.
Suman memandangi beberapa bagian warung, yang bangunannya nampak akan roboh. "Iya Mbak, jika tidak dibenerin sekarang, bisa roboh ini warung. Jika sampai roboh, lantas bagaimana nanti kita bisa berdua-duaan." Suman tersenyum, menggoda Mbak Midah.
"Gara-gara Sampean ini mesti. Tidak mau pelan, sampai-sampai bikin roboh warung saya." Balas Mbak Midah.