"Mbah Kromo tidak sakit hati?"
"Iya tentu sakit hati. Sama sepertimu. Kemudian aku melakukan  pelarian. Aku belajar ilmu perdukunan. Ingin sekali kusantet wanita itu, namun, belum selesai masa belajarku, dia malah sudah meninggal duluan. Dengar-dengar di racun oleh istri suaminya yang lain."
"Tragis ya Mbah"
"Iya, tragis sekali. Tapi beruntung aku tinggal di kampung ini. Wanita disini lebih senang menikah dengan dukun daripada dengan orang-orang kaya."
"Kok bisa begitu Mbah?"
"Masalahnya, di sini dukunnya sudah kaya-kaya. Hahaha ...."
Rohadi mengerutkan dahinya, mendengar jawaban Mbah Kromo. "Ya, itu sama saja Mbah" jawabnya kesal.
"Cah Bagus, ini sudah kutulis semua disini. Tinggal kau amalkan." Mbah kromo menyerahkan catatan kepada Rohadi.
"Baik Mbah, akan saya amalkan. Semoga bisa mengobati sakit hati ini Mbah. Saya Pamit."
"Nanti dulu!!!"
"Apa lagi Mbah?"