Mohon tunggu...
Darkim bin Arsabesari
Darkim bin Arsabesari Mohon Tunggu... Pengangguran Terselubung

Lupakanlah! Hanya sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Hikayat Selembar Bendera

12 Agustus 2025   07:05 Diperbarui: 12 Agustus 2025   07:05 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bendera menjadi terdakwa, dipersangkakan perbuatan makar dan pemecahbelah bangsa

Padahal kata sang Empunya kisah, "Kami hanya ingin didengarkan".

Maka dengarkanlah dengan seksama, suara-suara ketidakadilan yang pernah menggema. Jerit tangis ketimpangan yang pernah ada.

Jika suara kebenaran dipahami berbeda, bendera pantas membela diri dengan terus berkibar, di hati, di jiwa setiap insan yang masih memiliki nurani.

Selembar bendera pernah menghias kisah heroik Indonesia tercinta, ribuan jiwa pahlawan rela berkorban demi menjernihkan makna. "Ini negeri kita".

Dengarkanlah, jangan berprasangka.

#####

Baganbatu, 12 agustus 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun