Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Semangkuk Bubur Ayam

19 Maret 2023   19:15 Diperbarui: 19 Maret 2023   19:19 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi bukan semangkuk bubur ayam/sumber: pixabay.com


Dalam semangkuk bubur ayam penuh uap panas padat karena pedas, ingin aku tenggelamkan ingatanku tentang dirimu, amarahmu, cemburumu, tanya penuh curiga setiap kali aku pulang lebih dari jam de[apanbelas tigapuluh.


Ini pikiran konyol yang pernah terlintas bersama sambaran kereta cepat Jakarta menuju Bandung. Ingin secepat itu menghapus ingat, namun rel besi bukan emas duapuluh empat karat belum jua menembus kontrak karya hingga pemilu tiba.


Semangkuk bubur ayam, abang pedagang yang linglung memandang, antrean panjang pembeli tiket konser Blakpink kesetanan, menambah semrawut penalaran otak kiri dan kanan.


Masabodoh dengan bubur ayam, masabodoh dengan jerit kegirangan anak kecil mendapat uang lembaran sepuluh ribu kumal, aku hanya ingin sekedar menyeruput airmancur di bundaran, berteriak kencang melepas penat hati penat pikiran.


Sebungkus bubu rayam akhirnya aku bawa pulang, bukan untuk marahmu, bukan untuk merayakan kemenangan kecurigaanmu kepada keringat bercampur debu memenuhi tubuh. Ini tak lebih dari ritual baru memanggil penunggu penghuni gubug reot di samping mess pemda.

#####

Baganbatu, maret 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun