Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Menghayalkan Rembulan Ketika Mendung Datang Mengancam

5 Agustus 2022   20:15 Diperbarui: 5 Agustus 2022   20:21 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nun jauh dari ketinggian

Senyum-simpul memandang kehijauan alam

Menari, bernyanyi, hingga terduduk termenung sendirian

Tiada teman, tiada tempat mengucapkan sepi perasaan

Hanya bintang, mengedipkan mata tanda setia meski enggan jumpa dan berkenalan

Hanya yang berhati baja mampu memangku malam dalam kesepian, hanya yang berjiwa mulia mampu merengkuh malam dalam setia. Menebarkan aroma bahagia, menjulurkan rasa indah kepada semua insan di dunia.

Ketika mendung datang bertandang, ketika secuil gelap menggoda tekad menawarkan peraduan, ketika kesendirian di jadikan dalil untuk sekedar merebahkan kenyataan, betapa tersiksanya rembulan menyambut panggilan serangga malam. Teman kecil yang berhati besar, teman semu yang mewujud nyata meski dalam hayalan.

Menangiskah rembulan?

Patah hatikah menghadapi kenyataan pahit mulai terlupakan, ataukah patah arang menyambut pagi setelah malam tak mampu menjanjikan keagungan.

Menyalahkan mendung adalah kesalahan fatal, menyangka rembulan akan jatuh kebumi karena kurang perhatian adalah prasangka buruk seorang seniman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun