Nun jauh dari ketinggian
Senyum-simpul memandang kehijauan alam
Menari, bernyanyi, hingga terduduk termenung sendirian
Tiada teman, tiada tempat mengucapkan sepi perasaan
Hanya bintang, mengedipkan mata tanda setia meski enggan jumpa dan berkenalan
Hanya yang berhati baja mampu memangku malam dalam kesepian, hanya yang berjiwa mulia mampu merengkuh malam dalam setia. Menebarkan aroma bahagia, menjulurkan rasa indah kepada semua insan di dunia.
Ketika mendung datang bertandang, ketika secuil gelap menggoda tekad menawarkan peraduan, ketika kesendirian di jadikan dalil untuk sekedar merebahkan kenyataan, betapa tersiksanya rembulan menyambut panggilan serangga malam. Teman kecil yang berhati besar, teman semu yang mewujud nyata meski dalam hayalan.
Menangiskah rembulan?
Patah hatikah menghadapi kenyataan pahit mulai terlupakan, ataukah patah arang menyambut pagi setelah malam tak mampu menjanjikan keagungan.
Menyalahkan mendung adalah kesalahan fatal, menyangka rembulan akan jatuh kebumi karena kurang perhatian adalah prasangka buruk seorang seniman.