Daun gugur sebelum pelipur, dahan patah menanggung derita, guratan batang kayu merekam jutaan peristiwa. Pedih tak terkira, resah entah kepada siapa. Akar menghujam tak lagi menjaga, butiran humus hanya singgah di suatu masa. Berlalu ribuan waktu, menangis dan menggerutu tiada menentu.
Teringat akan kecambah menjaga asa, jatuh terkulai pada tanah basah. Ia menangis, cucunya hilang di culik meja dan kursi. Anaknya mati, termakan laju industri yang ingkar janji. Sanak famili menggelandang bersama banjir bandang, di jadikan kambing hitam setiap kali bencana datang.
Di sayang tapi tak di perhatikan, di butuhkan tetapi anak keturunan di musnahkan.
"Sejak manusia pertama turun kedunia, aku menyediakan segala perintah tanpa membantah. Sejak di temukan kapak dan gergaji, aku dan keturunanku rela menjadi tumbal mengorbankan diri".
Berbagi udara bersih, menyaring racun agar manusia hidup abadi.
Mengapa manusia tak peduli!
*****
Baganbatu, desember 2020