Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Lelaki Membunuh Matahari

24 November 2020   06:45 Diperbarui: 24 November 2020   06:49 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kepalan tangan sekeras karang mata memerah menandakan api masih membara. Dalam rongga dada, meluap memenuhi urat saraf, tumpah di kepala.

Lelaki itu memaki dalam bahasa diam, membiarkan kaki membatu di atas trotoar, rambut bercorak emas dengan debu dan residu asap kendaraan. Carut marut seumpama  lalu lalang kepentingan.

Entah berapa lama ia di sana, sebila pisau bergerigi menancap di sela napasnya. Mendengus menanti jawab panas yang menjilat, menunggu kabar kapan matahari akan lewat. Di kornea matanya.

Sedetik, keringat membanjiri jalanan, menenggelamkan pot bunga perkantoran. Nyalinya tak padam, meski pembulu darah berpecahan. 

"Datanglah kehadapanku"

****

Bagan batu, november 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun