Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Puisi | Menipu Puisi

7 Mei 2020   19:51 Diperbarui: 7 Mei 2020   19:54 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tiba-tiba aku membenci kata-kata, ku pangkas tunas aksara yang hendak berkecambah, ku tuang habis titik dan koma dari isi kepala, ku paksa pergi segala diksi yang sering merasuk ke alam mimpi.

Tinggal hayalan yang tak mau pergi, dengan wajah memelas ia bersimpu mengharap dispensasi, ia berjanji akan pergi jika aku menuliskan sebait puisi. Tentang apa saja, dengan gaya sukarela, di antas lontar atau tanah, bertinta misik atau jelaga. Menangis ia dengan air mata menggenangi rasa.

Aku tepedaya. Ketika "iya" membasahi lidah. Datang aksara mendongak di balik jendela, titik dan koma berlari kembali mengetuk pintu rumah, diksi ternyata telah bergelayut manja di laci meja. Tersenyum padaku, dengan binar mata mengandung haru.

Kini kami makan bersama, tidur di atas selembar kanvas bertuliskan sejuta puisi. Tentang cinta, patah hati, tentang senja, tentang segala peristiwa yang mengilhami.

Bagan batu, mei 2020 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun