Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Menoreh Pagi

18 Oktober 2019   06:03 Diperbarui: 18 Oktober 2019   06:06 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Pixabay.com

Meringkuk di dinginya pagi, berharap mentari segera datang menghangatkan bumi, benarkah cahaya terhalang awan hitam di ketinggian? Ataukah sang mentari mulai lupa akan janji? Seribu tanya penuh harap, seribu penantiqn yang tak terjawab

Embun-embun tengah bersuka ria, bernyanyi dan menari mensyukuri tiadanya cahaya, sungguh kebahagian yang belum tentu sejuta tahun pernah tercipta, ketiadaan cahaya adalah pertanda tidak segera musnah, menikmati hidup lebih lama sungguh sebuah anugerah

Fajar pertama akhirnya datang juga, cahayanya segera di perebutkan makhluk dunia,semua ingin merasakan kehangatanya, semua ingin menikmati terang bersumber cahaya

Embun menitikan air mata, bukan lamanya hidup yang ia damba, bukan kemusnahan yang menjadi duka, kegembiraan seisi alam ternyata lebih mengharukan, terangnya dunia menimbulkan damai yang nyata

"Datanglah terang untuk semua, selimuti kehangatan alam semesta", Embun berucap dengan hati jernih tanpa kecewa, menerima takdir diri segera tiada. Saatnya nyanyian berakhir untuk sementara, undur diri ketika panas mulai mengusap dengan lembutnya

Bagan batu 18 oktober 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun