Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Menangisi Dosa yang Tak Tertulis

9 Oktober 2019   06:56 Diperbarui: 9 Oktober 2019   07:31 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bunda, adakah di selembar nyawaku tanpa doamu? Adakah di sekujur tubuhku tanpa darahmu? Air mata telah engkau persembahkan, butiran keringat engkau cucurkan. Tak terkira derita mesti di tahan, jerih payah tak berharap pamrih penuh ketulusan

Bunda, adakah aku telah berbakti kepadamu? Adakah setetes air susumu mampu aku tebus dengan hidupku? Betapa aku telah angkuh melupakanmu, menimbang kebaikanmu dengan secuil harta miliku. Sungguh aku telah keliru, memaknai kasih sayang yang hakiki

Bunda, maafkan salahku. Berjuta kenangan itu akhirnya menamparku, menggores kesadaran yang sempat hilang di permainkan kehidupan, terombang-ambing  di samudera luas kehampaan. Kasih sayangmu akhirnya menghantarkan, seberkas sinar menunjukan jalan

Bunda, ingin ku bersujut di kakimu, memohon ampun setiap salah yang seperti menikamku. Jangan pernah menetes lagi air matamu, detik ini aku kan menjagamu. Bunda, ampunanmu paling ku rindu, senyumu adalah fajar kehidupan bagiku

Bagan batu 9 oktober 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun