Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Puisi | Seorang Lelaki dan Lampu Taman

8 Oktober 2019   10:35 Diperbarui: 8 Oktober 2019   10:43 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Seorang lelaki berbicara pada lampu taman, tanganya terkepal menahan kemarahan. "Mengapa rembulan tak mau mendengar keluh kesahku? Mengapa gelapnya malam begitu tega menipu mimpiku?" 

Angin berhembun tertahan suara rintihan, lelaki itu menangis terguncang perasaan, lampu taman berdiri mematung mendengarkan, tak sepata kata ia mau menyela dan bertanya. Di biarkan lelaki itu menumpahkan segala resah, membasahi rumput teki dengan air mata

"Aku resah karena bulan tak menjenguku malam ini, aku sunyi karena bintang tempatku bernyanyi meredupkan diri"  terbuncah semua derita lelaki itu, di lampiaskan pada aduan tak berkesudahan

Lampu taman tak berkedip walau sebentar, ingin ia memberi tahu apa yang ia tahu, bahwa dirinya kepanasan dan kehujanan, berdiri mematung tanpa peluang mempunyai teman. Tapi tabah telah menjadi pasangan, derita di kalungkan dengan senyuman

Lelaki itu lelah dengan memeluk lampu taman, berharap jawaban kan datang bersama igauan. Sepanjang malam menunggu kepastian, namun lampu taman tetap kukuh tak memberi bisikan

Bagan batu 8 oktober 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun