Seraut wajah duka, mata bening berlinangan air mata, menjerit tertahan di reruntuhan peradaban. Tak ada kata yang terlontar, hanya sorot mata yang sudi mengisahkan, betapa pedih jalan hidup yang terbentang
Air mata yang tertumpah dari beranda jiwa, melukiskan betapa aneka peristiwa tlah merampas bahagia, menenggelamkan sekian banyak harapan kedasar jurang tak berdasar. Pedih mungkin sudah jadi isi hati, nestapa itu sudah merampok jiwa yang suci
Seraut wajah bidadari kecilku yang hampir lelah, terpaksa memamah butiran-butiran persoalan yang tak bermata. Sejenak menoleh kebelakang, berharap topan dan badai tak hendak menemukan
Di ujung pena ku tuliskan kisahnya, berharap sang penjaga jiwa sudi menjenguknya. Tak hendak meyuarakan seribu pinta, bukan ingin menyampaikan kepedihan batin. Hanya satu tanya di dalam jiwa, "adakah jalan bahagia di ujung derita"
Bagan batu 14 juli 2019