Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Alasan Mengapa Kita Harus Bersyukur, Bahagia, dan Bangga Menjadi Orang Indonesia

14 Mei 2020   05:17 Diperbarui: 14 Mei 2020   05:26 2613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meskipun kata Bhinneka Tunggal Ika sudah ada sejak zaman Majapahit, tapi itu adalah penggalan kalimat dalam kitab Sutasoma. Setahu saya bukan ideologi dan semboyan sebuah bangsa. "Mangkajinatwa lawan siwatatwa tunggal, bhinneka tunggal ika, tan hana dharmma mangrwa", artinya hakikat Buddha dan hakikat Siwa adalah satu. (Kapustakaan Jawi, 1952).

Orang dulu mungkin gak tahu apa itu Bhinneka Tunggal Ika. Sebab yang bisa baca tulisan sangat sedikit.

***

Mengapa ada yang masih berpikir ingin tinggal di luar negeri? Menganggap kehidupan di Indonesia kurang indah. Ya sebenarnya itu perspektif. Tapi saya ingin berbagi kisah ini. Agar kita semakin bersyukur dan mencintai tanah air kita.

Saya membaca buku mas Agustinus Wibowo. Dia bercerita tentang pengalamannya ada di China. Bertemu sejenak dengan suku Uyghur di dalam sebuah gerbong kereta. Anda tahu kan suku Uyghur?

Suku Uyghur adalah suku muslim minoritas di China. Saya gak bisa bayangkan, rasanya menjadi muslim minoritas di negara komunis seperti Tiongkok. Pasti rasanya gak enak. Makanya beruntunglah kita sebagai muslim, hidup di negara mayoritas muslim, yang memiliki presiden dan pemerintah yang kebanyakan adalah muslim. Nikmat apalagi yang kita dustakan?

Ada beberapa kalimat dalam kisah mas Agustinus Wibowo tadi yang ingin saya garis bawahi. Bagai muslim Uyghur memandang bangsa kita. Penilaian yang "polos" tentang betapa ingin sebenarnya mereka bisa jadi orang Indonesia. Mereka memanggil kita "indonosia"

"Demi komunikasi, ku keluarkan senjata andalan lainnya: brosur pariwisata Indonesia. Gambar pantai, orangutan, pura, masjid, komodo. Tapi yang jadi primadona adalah foto lelaki Papua berkoteka.

Nenek berkerudung sampai menjerit histeris, lalu dengan tawa membahana membawa brosur itu keliling sampai ke ujung gerbong, dipamerkan kepada semua orang. Suara tawa bergaung sambung-menyambung bak
tongkat estafet. Sekarang, tak ada dari dua ratusan penumpang di gerbong ini yang tidak mengetahui kehadiranku.

'Kamu enak, dari negara Muslim yang bagus. Kami sudah banyak dengar tentang Indonosia,' kata lelaki tua berpeci putih.

'Di dekat sini kan ada negara Muslim juga. Pakistan. Kakek pernah ke sana?'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun