Mohon tunggu...
Kamajaya
Kamajaya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Kuda Perang

Berlari kencang terengah-engah

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Duka Menjadi Suspect Covid-19 dan di Balik Kamar Karantina

28 Maret 2020   00:17 Diperbarui: 28 Maret 2020   13:54 20708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI Ruang isolasi rumah sakit untuk penanganan pasien virus Corona atau Covid-19 (EPA-EFE/STR CHINA OUT via Kompas.com)

Alangkah terkejutnya saya, saat Satpam menjawab jika saat ini hanya ada dokter jaga dan saya diminta kembali keesokan harinya ke Gedung MCU (Medical Checkup) yang terletak sekitar beberapa ratus meter dari bangunan utama RSUD Tangerang ini. Merasa tak pasti, saya pun memutuskan pulang dan mengambil KTP yang sempat diminta untuk pendataan.

Dengan didampingi kerabat, saya pun kemudian menuju RS Omni Alam Sutra untuk memeriksakan diri. Saya pun datang dan langsung menyampaikan keluhan ke petugas jaga di ruang emergency RS Omni sambil lagi-lagi menunjukkan kartu kuning yang saya bawa. 

Namun, diluar dugaan petugas kesehatan yang berjaga yang didampingi oleh dokter jaga menyampaikan bahwa pihak RS Omni tak bisa memeriksakan saya, lantaran saya diduga (suspect) Corona. Dengan alasan pihak RS tak memiliki fasilitas kamar isolasi dan bukan merupakan RS rujukan yang ditunjuk pemerintah.

Jam menunjukkan pukul 23.30 saat itu, saya masih berupaya ikhtiar untuk memastikan kondisi. Saya pun kemudian menuju ke RS Eka Hospital BSD untuk memeriksakan diri. Belajar dari pengalaman dua RS sebelumnya, saya pun datang menyampaikan keluhan tanpa menunjukkan kartu kuning yang dibawa. 

Saya pun diterima dan dimasukkan ke ruang IGD untuk dilakukan pemeriksaan. Oleh dokter yang memeriksa saya ditanya keluhan dan apakah ada riwayat perjalanan ke luar negeri baru-baru ini. Saya jujur menjawab.dan kemudian saya dipindahkan ke ruang khusus tersendiri yang terpisah dengan pasien di ruang IGD lainnya.

Di ruang itu pun kemudian saya diambil sampel darah dan dilakukan rontgen untuk mengetahui kondisi tubuh. Sekitar pukul 01.00, usai semua tes dilakukan saya pun meminta agar dilakukan rawat inap di RS tersebut agar bisa dilakukan pengobatan menyeluruh. 

Namun, dokter menjawab pihaknya tidak bisa merawat saya karena saya berstatus suspect/ODP Corona dan menyebut bahwa RS Eka Hospital bukannlah RS Rujukan.

Pukul 04.00 hasil tes darah dan rontgen pun keluar. Dinyatakan oleh perawat jika sel darah putih (Leukosit) saya di atas batas normal atau dalam artian tubuh sedang melawan infeksi (Bakteri atau Virus) yang saya alami. Saya pun kemudian diminta ke kasir untuk menyelesaikan administrasi. 

Biaya sekitar 2,5 juta pun harus saya keluarkan subuh itu untuk membayar serangkaian tes dan obat-obatan yang diberikan. Saya pun kemudian pulang, berbekal obat yang diberikan dengan optimis akan merasa baikan.

Empat kali dosis obat-obatan yang diberikan saya minum (pagi, siang, malam, pagi). Saya merasa tak kunjung baikan, malahan demam dan sesak nafas yang saya alami makin menjadi. Saya pun was-was. 

Senin, 16 Maret, saya memutuskan memeriksakan diri ke salah satu dokter spesialis di RS Omni yang menjadi langganan saya jika ada keluhan kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun