Mohon tunggu...
Kamajaya
Kamajaya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Kuda Perang

Berlari kencang terengah-engah

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Duka Menjadi Suspect Covid-19 dan di Balik Kamar Karantina

28 Maret 2020   00:17 Diperbarui: 28 Maret 2020   13:54 20708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI Ruang isolasi rumah sakit untuk penanganan pasien virus Corona atau Covid-19 (EPA-EFE/STR CHINA OUT via Kompas.com)

Saya pun inisiatif lapor ke hotline Corona 119 ext 9. Saya yang tinggal di wilayah Serpong, Tangerang Selatan ini pun diwawancara via telpon, ditanyakan keluhan dan pernah kontak tidak dengan orang positif Corona saat di Malaysia. 

Saya pun jawab tidak tahu, karena saya tidak bisa mengidentifikasi orang-orang di Malaysia yang dinyatakan positif Corona. Saya pun lantas diminta mendatangi Puskesmas terdekat untuk diperiksa. 

Lantaran itu hari Sabtu, saya pun agak ragu mendatangi Puskesmas, karena biasanya hanya ada pemeriksaan di hari kerja saja. Hari itu pun kemudian saya memutuskan untuk total beristirahat dan meminum obat influenza dan tolak angin yang dibeli di minimart.

Ditolak Rumah Sakit Rujukan

Karena kondisi tak kunjung membaik, Minggu 15 Maret atas saran seorang rekan jurnalis, saya pun diarahkan untuk mendatangi RS rujukan terdekat untuk memeriksakan kondisi saya. Dengan berbekal kartu kuning yang masih saya simpan, saya pun menuju RSUD Kabupaten Tangerang untuk memeriksakan diri. 

Sebagai RS rujukan saya pikir tersedia fasilitas 24 jam bagi warga yang memiliki gejala ataupun keluhan terhadap Virus Corona ini. Saya datang dan menanyakan ke Satpam sambil menunjukkan kartu kuning di manakah tempat pemeriksaan bagi pasien yang memiliki gejala Corona. Saya pun diarahkan agar langsung ke ruang IGD . 

Di ruang IGD saya pun menyampaikan keluhan yang dialami kepada perawat pria yang sedang berjaga. Say diminta duduk di depan meja registrasi sambil dirinya berkonsultasi ke petugas kesehatan lainnya.

Di ruang IGD saat itu saya mendengar tangisan-tangisan dari keluarga pasien korban kecelakaan atau pun dari pasien yang dinyatakan meninggal dunia akibat sakit lainnya saat itu. 

Sekitar 30 menit duduk menunggu di meja petugas IGD. Saya pun kemudian diarahkan ke ruang observasi di samping ruang IGD. Di ruang tersebut, saya yang dengan kondisi badan lemas, pusing dan meriang.

Ini pun diminta berbaring di ranjang sambil menunggu pemeriksaan dari dokter. Hampir dua jam saya menunggu, namun tak kunjung datang dokter untuk memeriksa keluhan yang dialami. 

Saya kemudian keluar dan bertanya kepada Satpam yang berjaga: apakah dokter masih lama untuk datang memeriksa saya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun