Mohon tunggu...
kalila fayza
kalila fayza Mohon Tunggu... mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga angkatan 2025

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sarjana Kesehatan Masyarakat di Garda Depan Cegah Krisis Kesehatan Indonesia

17 September 2025   03:23 Diperbarui: 16 September 2025   21:30 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia memiliki banyak masalah kesehatan, baik aspek fisik dan mental. Data Kementerian Kesehatan RI menunjukkan prevalensi stunting masih berada pada angka 21,5% pada tahun 2023, jauh dari target WHO sebesar 14% pada 2024 (Kemenkes RI, 2023). Di sisi lain, penyakit menular seperti tuberkulosis (TBC) dan demam berdarah (DBD) adalah masalah besar, dengan menduduki peringkat kedua dunia jumlah kasus TBC (WHO, 2022). Tidak hanya itu, Indonesia-National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) mencatat sekitar 15,5 juta remaja mengalami masalah kesehatan mental (I-NAMHS, 2023). Kompleksitas masalah ini menuntut peran aktif berbagai profesi kesehatan, termasuk Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).   

SKM diperoleh setelah menyelesaikan program Sarjana (S1) Kesehatan Masyarakat. Profesi SKM memiliki peran unik dibanding tenaga medis lainnya. Fokus utama lulusan SKM adalah mengupayakan masyarakat tetap sehat melalui pencegahan penyakit dan promosi perilaku hidup sehat. Dengan kompetensi di bidang epidemiologi, analisis kebijakan kesehatan, dan promosi kesehatan, SKM dapat menjadi garda terdepan dalam menekan angka kesakitan sebelum masyarakat jatuh ke kondisi kuratif.   

Lulusan SKM. memiliki peluang kerja yang luas di berbagai sektor. Di tingkat pemerintahan, mereka dapat berperan dalam perumusan kebijakan kesehatan, pengendalian penyakit menular, hingga pengembangan program kesehatan. Di fasilitas layanan kesehatan, seperti rumah sakit dan puskesmas, berperan dalam manajemen mutu pelayanan, surveilans epidemiologi, serta edukasi masyarakat. Selain itu, SKM dapat bekerja di organisasi non-profit, lembaga internasional, maupun sebagai konsultan independen untuk memberikan rekomendasi berbasis bukti dalam pembangunan kesehatan. Tidak hanya itu, SKM dapat menjadi peneliti yang menganalisis tren penyakit, mengevaluasi efektivitas program kesehatan, atau mengembangkan inovasi intervensi kesehatan berbasis komunitas. Dengan begitu, SKM. berkontribusi langsung terhadap pengembangan ilmu pengetahuan sekaligus mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional. 

Meskipun kontribusinya signifikan, eksistensi profesi SKM masih menghadapi sejumlah hambatan. Pertama, pengakuan peran SKM masih sering dipandang sebelah mata dibandingkan profesi medis. Kedua, keterbatasan lapangan kerja dan birokrasi yang berbelit sering kali mengurangi peluang SKM untuk berkiprah optimal. Ketiga, rendahnya pemahaman masyarakat mengenai perbedaan peran SKM dengan tenaga medis menyebabkan profesi ini kurang diapresiasi. Selain itu, tuntutan globalisasi dan perkembangan teknologi kesehatan menuntut SKM untuk terus beradaptasi dengan inovasi digital, seperti big data kesehatan, telemedicine, dan sistem informasi kesehatan berbasis komunitas. 

Untuk memperkuat eksistensi, perlu dilakukan peningkatan kualitas pendidikan dan kompetensi lulusan SKM agar sesuai dengan kebutuhan zaman. Peran aktif organisasi profesi seperti Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) menjadi penting dalam mengadvokasi kebijakan yang mendukung pengakuan profesi ini. Kolaborasi lintas sektor juga harus ditingkatkan, karena masalah kesehatan erat kaitannya dengan faktor pendidikan, lingkungan, ekonomi, dan sosial. Selain itu, riset berbasis komunitas harus terus dikembangkan agar intervensi kesehatan benar-benar menjawab kebutuhan lokal masyarakat Indonesia. 

Eksistensi profesi Sarjana Kesehatan Masyarakat sangat relevan di tengah tantangan kesehatan Indonesia yang semakin kompleks. Peran SKM tidak hanya penting dalam aspek promotif dan preventif, tetapi juga strategis dalam mendukung pembangunan kesehatan nasional secara menyeluruh. Ke depan, profesi SKM diharapkan semakin diakui, dihargai, dan diberi ruang luas untuk berkontribusi dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Dengan dukungan kebijakan, kolaborasi lintas sektor, dan inovasi berbasis riset, SKM dapat menjadi motor perubahan menuju masyarakat yang lebih sehat dan produktif. 

KATA KUNCI: Kesehatan, Masyarakat, Preventif, Promotif, SKM 

DAFTAR PUSTAKA 

Indonesia National Adolescent Mental Health Survey. (2023). Indonesia National Adolescent Mental Health Survey 2022–2023: Key Findings. Jakarta: Ministry of Health of the Republic of Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Laporan Nasional Status Gizi 2023. Jakarta: Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan. 

World Health Organization. (2022). Global Tuberculosis Report 2022. Geneva: World Health Organization.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun