Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Merekonstruksi "Liburan" Charlie Chaplin di Garut Tahun 1932 dan 1936

19 Oktober 2019   11:02 Diperbarui: 23 Oktober 2019   18:38 1479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“My first night’s adventure gave me many comedy ideas for a picture.” Bagi Charlie, guguling dan serangga malam Garut memunculkan banyak ide untuk film komedi…

Khusus untuk “dutch wife”, ini kesan Charlie dan Sydney, “Di sinilah saya menemukan pengalaman pertama saya dengan “dutch wife” , yang kalau Anda tinggal di daerah tropis untuk waktu yang lama, maka Anda akan mengetahui bahwa Anda sangat memerlukannya.”  

Tapi, komentar Sydney soal Dutch Wife berikut ini, sepertinya lebih ngeres deh! “We get a lot of amusement out of “Dutch wife” in bed.” he...he...he...! Ada yang tahu artinya? 

Charlie Chaplin di depan peron stasiun Garut, 1932 (naratasgaroet.net)
Charlie Chaplin di depan peron stasiun Garut, 1932 (naratasgaroet.net)
Garoet, 31 Maret 1932 

Catatan "resmi" terkait aktivitas Charlie dan Sydney Chaplin sepanjang hari di Garut tanggal 31 Maret 1932 hanyalah pelesiran ke Tjisoeroepan Hot Springs (mungkin maksudnya kawah Papandayan), Lake Leles (situ Cangkuang), dan Situ Bagendit.

Hanya itu saja? Mungkin, karena saat itu pariwisata Garut baru mengandalkan wisata alam saja, belum berkembang seluas dan sekreatif sekarang!

Ini yang menarik! berkaca dari keumuman atau kelaziman "psikhis" para pelancong yang biasanya selalu ingin tahu atau ingin mencoba segala sesuatu yang berbau daerah baru yang dikunjungi, maka tidak menutup kemungkinan Chaplin bersaudara juga ingin atau mungkin malah sempat mencicipi ragam kuliner, termasuk minuman dan aneka jajanan khas Garut yang kemungkinan saat itu sudah ada, baik dengan nama, bentuk maupun kemasan yang berbeda dengan yang sekarang populer. Tapi karena tidak terdokumentasi maka tidak terlacak.

Sebagai contoh, malam hari setelah masuk hotel dan pagi hari setelah bangun tidur bisa saja Charlie Chaplin "nyaneut" alias minum teh bareng-bareng ala masyarakat Sunda di kaki Gunung Cikuray dengan koleganya sambil menikmati pemandangan pagi sekitar hotel yang digambarkan sangat indah oleh Sydney Chaplin diatas, atau sambil sarapan pagi dengan menu Soto khas Garut, baik soto ayam maupun soto daging dengan ditemani dorokdok yang gurihnya selalu ngangeni.

"nyaneut" (bisniswisata.co.id)
"nyaneut" (bisniswisata.co.id)
Seperti kita pahami, menu soto sebagai menu kuliner paling banyak variannya di Indonesia sudah dikenal masyarakat di pantai utara Jawa di abad  ke-19 atau tahun 1800-an. 

Artinya, tidak menutup kemungkinan varian Soto khas Garut juga sudah ada di saat Charlie Chaplin liburan di Garut tahun 1932, meskipun Soto Haji Ahri, Soto khas Garut Legendaris baru mulai eksis di tahun 1940-an atau satu dekade berikutnya. 

Sepertinya, begitu juga yang terjadi pada dorokdok! Kerupuk kulit khas Garut yang menjadi "sahabat terbaik" makan-makanan berkuah kaldu khas Garut, tidak hanya Soto! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun