Bahan pangan nabati merupakan salah satu sumber pangan utama yang memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Bahan pangan ini berasal dari tumbuhan, baik berupa buah-buahan, sayuran, serealia, kacang-kacangan, maupun umbi-umbian. Selain menjadi sumber energi, bahan pangan nabati juga kaya akan vitamin, mineral, serat, serta berbagai zat gizi lain yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh (Kauna, 2020).
Buah-buahan, misalnya, mengandung berbagai vitamin seperti vitamin A, B kompleks, dan vitamin C yang berfungsi sebagai antioksidan alami serta menjaga daya tahan tubuh. Sayuran pun memiliki kandungan gizi yang tak kalah penting, meliputi zat besi, folat, kalium, serta serat yang mendukung kesehatan pencernaan. Sementara itu, serealia seperti beras, jagung, dan gandum menjadi sumber karbohidrat utama masyarakat, dengan tambahan kandungan protein dan serat yang bermanfaat untuk menjaga metabolisme tubuh (Yenti, 2022).
Kacang-kacangan juga memiliki peran penting karena selain kaya protein nabati, kacang mengandung lemak sehat yang dapat menjaga kesehatan jantung. Demikian pula, umbi-umbian seperti singkong, ubi jalar, dan kentang yang tidak hanya menjadi sumber karbohidrat, tetapi juga kaya akan vitamin dan mineral. Bahkan beberapa jenis umbi memiliki ciri khas tersendiri yang tidak dapat ditiru di daerah lain, seperti ubi Cilembu dari Jawa Barat yang terkenal manis alami seperti madu (Sulandari, 2022).
Pengolahan bahan pangan nabati tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Proses pengolahan ini bertujuan untuk meningkatkan cita rasa, memperpanjang daya simpan, dan menjaga kualitas gizi bahan pangan. Menurut Sulandari (2022), terdapat tiga jenis teknik pengawetan bahan pangan nabati, yaitu secara fisika, biologis, dan kimiawi.
1. Pengawetan secara fisika dilakukan melalui pemanasan, pembekuan, pengalengan, pengeringan, hingga pembuatan tepung. Teknik ini umumnya bertujuan untuk membunuh mikroorganisme yang merusak serta mengurangi kadar air agar pangan lebih tahan lama.
2. Pengawetan secara biologis memanfaatkan proses fermentasi dengan bantuan mikroba atau enzim alami, seperti papain dari pepaya atau bromelin dari nanas. Fermentasi tidak hanya memperpanjang daya simpan, tetapi juga meningkatkan cita rasa dan kandungan gizi pangan.
3. Pengawetan secara kimiawi dilakukan dengan penambahan bahan tambahan makanan (BTM) sesuai takaran yang aman.
Lebih jauh lagi, pengolahan pangan nabati di Indonesia tidak lepas dari kearifan lokal. Berbagai makanan tradisional Nusantara berbahan dasar nabati menjadi identitas budaya sekaligus sumber pangan sehat. Contohnya, pecel Madiun dengan beragam sayuran, pisang ijo khas Makassar, serta bika Ambon dari Medan. Makanan-makanan ini bukan hanya sekadar hidangan, tetapi juga warisan kuliner yang mencerminkan keragaman dan kekayaan sumber daya alam Indonesia.
Melalui pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan di sekolah, peserta didik diharapkan mampu memahami potensi bahan pangan nabati, mempraktikkan pengolahan secara higienis, serta mengembangkan kreativitas untuk menghasilkan produk yang bernilai ekonomis. Dengan demikian, generasi muda tidak hanya mampu menjaga tradisi kuliner Nusantara, tetapi juga berkontribusi pada ketahanan pangan yang sehat dan ramah lingkungan.
Daftar Pustaka