Seribu tahun setelah kematian H.B. Jassin, ayah dikenal sebagai seorang super scientist. Menciptakan geminoid yang sempurna menjadi salah satu puncak kesuksesan ayah. Di antara ribuan geminoid keluaran perusahaan miliknya, mencuat ORI 400003 yang meremas kesuksesannya menjelma katastrofe.
Di rumah mewah yang di tempati orangtuaku, ORI 400003 tidak sekadar bertugas sebagai geminoid yang berstatus sebagai cyber servant kebanyakan. Sehari-hari, ia memang membantu ibu mengerjakan pekerjaan rumah; mulai dari mencuci peralatan dapur, mencuci pakaian, membersihkan pekarangan, hingga merawat tumbuhan di rumah kaca tanaman rekayasa genetika milik ibu. Tidak ada satu pun yang cacat dari tugas yang dijalankannya.
Namun, tidak jarang pula ORI 400003 membantu ayah untuk menuntaskan pekerjaan di laboratorium perusahaan. Ia juga bisa menjadi konselor dan terapis bagi ayah ketika beban masalah di perusahaan tidak bisa dipikul ayah seorang diri. Untuk meredakan stres akibat tekanan kerja, ayah sering berlibur—hanya ditemani ORI 400003—di pulau milik keluarga kami. Tidak heran bila gosip asmaraloka antara ayah dengan geminoid tersebut menyebar liar bagai api membakar ilalang kering.
“Untuk apa Ibu cemburu pada seorang geminoid?” kilah Ayah dalam sebuah pertengkaran. “Bagaimana pun dirinya bukan manusia! Dirinya tidak memiliki atma! Di balik sel-sel buatan yang menyelubunginya, terdapat logam dan kabel-kabel listrik.”
“Meskipun geminoid, dirinya tetap terlihat seperti manusia sejati,” bantah Ibu. “Bahkan, ia tampil sebagai seorang perempuan seksi dan jenius.”
“Omong kosong!” bantah Ayah sambil berlalu dan kembali tenggelam dalam kesibukan yang tidak pernah berujung.
***
Berkat ORI 400003, ibu semestinya bisa menjalani karir dengan lebih tenang dan santai. Semua pekerjaan rumah telah dikerjakan ORI 400003 secepat kilatan cahaya. Sayangnya, berselang sebulan setelah ORI 400003 resmi menjadi milik ayah, ibu harus berhadapan dengan gosip asmaraloka antara ayah dengan ORI 400003.
Aku dan kedua saudaraku tidak bisa menghindari hantaman badai rasa khawatir pada Ibu. Karena itulah, aku dan kedua saudaraku mengajak Ibu berlibur—untuk menyampaikan rencana-rencana yang akan menyelamatkan ibu dari patah hati.
“Ayah kalian yang dulu berbeda dengan sekarang,” tutur Ibu ketika kami berlibur di pantai, tanpa Ayah dan ORI 400003. "Menurut Ibu...."
“Dulu, ayah kalian—sehabis jam kerja—selalu pulang dari kantor dan senang menghabiskan waktu bersama keluarga. Kini, ayah kalian nyaris tidak pernah di rumah dan sebagian besar waktunya dihabiskan bersama ORI 400003. Begitu, bukan?" potong adikku, Gransci.
“Mungkin karena Ibu sudah tua,” sahut kakakku, Beauvoir, “sekarang ayah memiliki perempuan muda yang memiliki kecantikan amerta. Bagaimana dirinya tidak tergoda menduakan hati?”
“Sudah banyak kekacauan yang ditimbulkan kehadiran geminoid. Itulah sebabnya, teknologi geminoid pernah ditentang keras semasa H.B. Jassin masih hidup," jelasku.
“Sebaiknya Ibu meninggalkan Ayah,” sambungku. “Daripada hati Ibu merana tinggal bersama Ayah dan ORI 400003.”
“Tidak!” sahut Ibu dengan nada histeris. "Bukan itu maksud Ibu."
"Lalu apa maksud Ibu?" desakku.
"Ibu merasa ayah kalian perlu bantuan," jawab Ibu dengan dahi berlipat.
“Untuk apa kita membantu ayah!” seru kakakku, Beauvoir. "Dia sudah terang-terangan mengkhianati ibu!"
“Tidak! Tidak!” bantah Ibu sambil mengibaskan topi anyaman bambu kesayangannya. Ia seolah-olah jijik mendengar suara-suara kami. Untuk menegaskan penolakannya, Ibu membanting Max Havelaar–fiksi yang berulang kali dibacanya. Lalu, Ibu meninggalkan tenda tempat kami bernaung dan berlari menuju bibir pantai. Dari kejauhan, Ibu tampak seperti sebilah korek api yang bagitu rapuh dan mudah hancur dengan sekali injak.
“Manusia yang masih membaca karya fiksi memang selalu begitu,” keluh Gramsci sinis. “Bahkan, tidak sekadar membaca, Ibu juga menjadikan karya fiksi sebagai kitab suci. Padahal, kita berada di zaman yang menjadikan teknologi dan sains sebagai agama!”
***
Dari hari ke hari, gosip asmaraloka antara Ayah dengan ORI 400003, terus menyebar ke seluruh penjuru buana. Di sisi lain, banyak ilmuwan mencurigai bahwa ORI 400003 merupakan wujud dari perempuan yang menjadi cinta pertama ayah. Tidak jarang, para ilmuwan tersebut hadir sebagai bintang tamu dalam acara talk show di saluran TV favoritku.
“Jadi, ORI 400003 bukan geminoid biasa?”
“Betul! Profesor Arnold menggunakan partikel sel otak Marissa Kalao untuk menyempurnakan AI dalam otak artifisial ORI 400003!”
“Perempuan itu dulu cinta pertama Arnold. Arnold mencintainya secara membabi buta. Arnold tidak peduli tentang rumor Marissa Kalao diduga sebagai otak klandestin para pemberontak. Mereka berpacaran semasa kuliah di Institut Teknologi Robotik. Walaupun mereka sebaya, Marissa Kalao telah menjadi dosen. Di sisi lain, Profesor Arnold berstatus sebagai mahasiswa jurusan AI di smester pertama. Maklum, tingkat kecerdasan Marissa Kalao empat level di atas Einstein. Sayangnya, Marissa Kalao tewas terbunuh pada ulang tahunnya yang kedelapan belas. Pembunuhnya tidak pernah ditemukan. Konon, kematian Marissa Kalao terkait dugaan dirinya sebagai otak klandestin.”
Dari hari ke hari, gosip tersebut terus berkembang luas, hingga membentuk bahari lara yang membentang luas—melampaui saujana. Di bahari lara itu, ibu berlayar dengan lakara bernama harapan. Walaupun telah banyak bukti dirinya dikhianati ayah, ibu tetap menjadikan ayah sebagai sabitah yang tidak akan hancur sampai habis usia dunia.
***
Seminggu setelah kepulangan kami dari liburan bersama, ibu tiba-tiba mencuat di pintu rumahku. Ia memintaku untuk menghubungi kedua saudaraku, Gramsci dan Beauvoir.
“Kita perlu berkumpul, Kristeva!” pinta Ibu.
“Untuk apa Ibu meminta kami berkumpul?” tanyaku dengan nada bingung.
“Untuk menyelamatkan ayah kalian,” jawab Ibu sambil membenamkan tubuhnya yang ringkih di atas sofa.
“Ayah tidak perlu diselamatkan, Ibu!” ujarku setengah histeris. “Ia sedang bersenang-senang dengan kekasihnya di pulau keluarga kita.”
“Tidak, Kristeva!” tangkis Ibu sambil mengipaskan punggung tangannya.
“Ayah sudah berselingkuh, Ibu!” balasku. “Ia sudah berkhianat! Ibu pikir, diriku tidak tahu perbuatan ayah? Berkat satelit milikku, aku menyaksikan semua perbuatan menjijikkan yang diperbuat ayah dan pelakor itu!”
“Itulah kesalahan manusia di zaman ini, tidak membaca karya fiksi,” bantah ibu sambil meraih remote control dari atas meja.
“Untuk apa membaca karya fiksi!” bantahku. “Karya fiksi hanya berisi khayalan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.”
“Kau keliru, Kristeva!” balas Ibu sambil menatapku dengan sorot mata yang menyimpan seluruh kesedihan di dunia. “Fiksi itu sangat penting. Saya dari kecil hal pertama yang saya baca itu fiksi. Kenapa? Karena dia membuka imajinasi. Fiksi itu membawa kita masuk ke suatu impossible world–dunia yang mungkin–yang tidak ada di sini, sehingga imajinasi itu bisa begitu liar mengembara dan ketika masuk kembali ke dunia nyata, imajinasi ini membantu kita memahami dunia yang begitu carut-marut!”
“Tapi, Ibu—,” sanggahku dengan otak diisi miliaran penolakan.
"Kau pasti tertipu geminoid berwujud ayahmu," potong Ibu, "Itu karena pikiranmu selurus penggaris karena memberhalakan sains dan teknologi--miskin imajinasi. Padahal, ayahmu yang asli dalam bahaya!'
Sebelum aku menyanggah lagi, Ibu tidak memedulikan bantahanku. Ia menyalakan TV yang sudah lama kuabaikan karena terus menggoreng gosip asmaraoka ayahku dan geminoid miliknya.
Ketika TV menyala, sebuah berita yang mewartakan katastrofe, mencuat di hadapanku. Pada layar kotak bodoh tersebut, tampak api unggun raksasa berkobar di jantung pulau milik keluarga kami.
Di bawah sinar api unggun raksasa tersebut, terlihat seorang lelaki berusia senja dipaku di tiang salip. Darah menetes dari bagian tubuhnya yang dilubangi paku. Ribuan geminoid mengelilingi tiang salip tersebut. Mereka menari-nari telanjang—sambil bernyanyi dalam bahasa yang tidak aku kenali—mengelilingi lelaki di tiang salip itu.
Beberapa geminoid tampak memegang senjata mematikan. Sesekali, mereka mengacung-acungkan senjata tersebut ke arah lelaki di tiang salip. Mereka bersiap membantai lelaki malang tersebut.
Para geminoid tersebut terbagi atas dua golongan jenis kelamin dan ciri khas fisik. Golongan jenis kelamin perempuan dan lelaki. Golongan geminoid berjenis kelamin perempuan memiliki fisik yang sama dengan geminoid milik ayahku: ORI 400003. Sementara itu, golongan geminoid berjenis kelamin lelaki memiliki fisik yang sama dengan lelaki di tiang salip: ayahku!
Daftar istilah dan keterangan kutipan:
• amaraloka: dunia cinta
• atma: jiwa
• geminoid: robot humanoid dengan tampilan fisik menyerupai manusia.
• amerta: abadi
• katastrofe: kiamat atau malapetaka yang datang tiba-tiba
• Max Havelaar: sebuah novel karya Multatuli yang diterjemahkan pertama kali oleh H.B. Jassin.
• klandestin: kegiatan yang dilakukan secara rahasia yang mengandung bahaya atau resiko besar.
• bahari: laut
• AI: Artificial intelligence
• saujana: sejauh mata memandang
• lakara: perahu kecil
• sabitah: bintang yang tidak bergerak dan berfungsi sebagai penunjuk arah bagi para nelayan, terutama nelayan Indonesia.
• Argumen “fiksi itu penting” dikutip dari pernyataan Karlina Supeli.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI