Mohon tunggu...
Siska Amelia
Siska Amelia Mohon Tunggu... Live for your life

Pecinta kata dan pencari makna. Percaya bahwa setiap cerita memiliki pelajaran dan setiap tulisan bisa menjadi jendela jiwa. Mari berbagi perspektif dan merangkai makna bersama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pecahan Rumah

31 Juli 2025   20:39 Diperbarui: 31 Juli 2025   20:39 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rumah masa kecilku penuh dengan suara. Tapi bukan tawa terdengar---melainkan retakan yang tak terlihat dari sebuah riuh keributan 

Aku bukan takut menikah. Aku hanya takut mengulang penderitaan yang disamarkan sebagai cinta.

Pecahan itu kecil, namun ternyata tajam. Seperti kenangan.

Pyarrrr

Suara pecahan piring terdengar nyaring, bersamaan dengan keributan yang kian memanas.

"Kamu tuh, masak aja gak becus. Punya mata gak si, aku baru pulang kerja itu capek. Pengen makan, malah ditumpahin segala. Dasar tolol," umpatnya, matanya melotot seakan-akan ingin keluar.

"Mas, aku juga baru pulang, capek. Mikir dong, cuma tumpah kayak gitu marah-marah. Bisa ambil lagi kan," jawabnya, nadanya tak kalah tinggi.

"Goblok, pake otak dong. Ini beras kalau habis siapa yang beli hah?"

"Aku juga cari uang mas, bukan kamu doang."

"Nglawan lagi, nglawan lagi. Dasar istri gak tahu diri." Hampir saja tangan kanannya melayang di pipi kiri sang istri, namun melihat anaknya tiba-tiba saja muncul membuatnya urung untuk melakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun