Mohon tunggu...
juven hamat
juven hamat Mohon Tunggu... God is good all time, all time God is Good "And God is able to bless you abundantly, so that in all things at all times, having all that you need, you will abound in every good work".

Yesaya 41:10 Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Wae Telang Legenda Mistis di Lembor Selatan Flores NTT

5 Februari 2025   06:06 Diperbarui: 5 Februari 2025   06:26 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wae Telang Lembor Selatan Flores Manggarai Barat

Labuan Bajo itu ibarat surganya Flores, bos! Mau gunung ada, pantai ada, sampe bawah lautnya juga bikin mata melotot kagum. Pokoknya, lengkap kali! Nah, tapi kali ini kita bukan cerita tentang kapal pesiar atau sunset kece di Pulau Padar. Kita balik ke masa lalu, ke sebuah desa yang sekarang namanya Desa Lendong, di Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat.

Di situ ada satu mata air namanya Wae Telang. Konon, asal-usulnya ada kaitannya sama seorang anak malang bernama Telang. Mari kita mulai ceritanya!

Telang yang Kehausan, Tapi Bapaknya Lebih Sibuk Sama Pagar

Jadi, zaman dolo-dolo, hiduplah seorang bocah bernama Telang. Dia anak tunggal, tinggal sama bapak-ibunya yang kerja sebagai petani. Setiap hari, mereka sibuk di kebun---biasa, garap tanah, tanam ubi, jagung, dan lain-lain.

Suatu hari, panas terik sekali, kayak mau panggang orang hidup-hidup. Telang yang sudah berkeringat deras pun merasa haus bukan main. Dia langsung cari mamaknya dan bilang, "Mama, aku kehausan, kasi aku air dong!"

Tapi mamaknya lagi fokus mencangkul tanah, nggak peduli. Sambil tetap kerja, dia jawab, "Pergi minta sama bapakmu saja!"

Telang nurut. Dia pun jalan ke arah bapaknya yang lagi sibuk bikin pagar buat kebun. Dengan muka memelas, dia minta air. Tapi eh, bapaknya malah lebih sibuk sama kayu-kayu pagar daripada anaknya sendiri. Sambil tetap bekerja, dia cuma bilang, "Pergi tanya mamakmu!"

Telang balik lagi ke mamaknya. "Mama, bapak suruh aku minta air ke mama."

Tapi mamaknya tetep aja nggak peduli. Dia nyuruh Telang balik ke bapaknya. Dan bapaknya pun masih keras kepala, tetap nyuruh Telang balik ke mamaknya. Begitu terus, bolak-balik kayak bola pingpong!

Sampai akhirnya, Telang udah capek, frustrasi, dan merasa diabaikan. "Ah, sudahlah! Mending jadi hewan sekalian!" pikirnya.

Dari Bocah Haus Jadi Kera Malang

Saking kesalnya, Telang naik ke atas pohon ara besar yang ada di situ. Dia bawa lewing (periuk tanah liat) dan kebor (sendok masak). Sampai di puncak pohon, dia taruh lewing di atas kepalanya dan---anehnya---menusukkan kebor ke bagian belakangnya!

Eh, tiba-tiba BAM! Terjadi keajaiban! Telang langsung berubah jadi kode (kera).

Sementara itu, ibunya akhirnya selesai kerja dan balik ke pondok. Dia mencari Telang ke sana ke mari. "Telang... Telang... kau di mana?" panggilnya.

Tapi yang menyahut malah seekor kera di atas pohon.

Ibunya mulai panik. Dia panggil bapaknya, "Eh, suamiku, Telang hilang! Kau cari dia cepat!"

Tapi bapaknya masih santai, tetap sibuk nancapin pagar sambil bilang, "Santai dulu, tinggal satu pagar lagi nih."

Ibunya curiga waktu lihat si kera terus-menerus menyahut tiap kali namanya dipanggil. Dia pun menatap kera itu baik-baik, dan byar! Insting keibuan langsung menohok hatinya.

"Aduh, jangan-jangan ini anakku sendiri!"

Ibunya menangis sejadi-jadinya, "Telang, maafkan mama! Kami terlalu sibuk sampai nggak peduli padamu!" Dia pun berusaha memeluk si kera itu.

Bapaknya akhirnya sadar juga ada yang nggak beres. Begitu dia nancapin pagar terakhir, tiba-tiba BLUURR!! Dari tanah keluar air deras, kayak sumur meledak!

Nggak butuh waktu lama, air itu langsung meluap, menenggelamkan bapak dan ibu Telang. Mereka hilang ditelan air, sementara si Telang---yang sekarang sudah jadi kera---berhasil selamat dengan naik ke atas pohon.

Sejak saat itu, tempat di mana air itu muncul disebut Wae Telang, sesuai dengan nama Telang yang malang.

Moral Cerita?

Kalau anak bilang haus, tolong jangan suruh dia bolak-balik kayak kurir gratisan! Kasihan, bisa-bisa malah jadi legenda kayak si Telang ini.

Nah, begitulah kisahnya. Jadi, kalau ke Wae Telang, ingatlah cerita ini. Dan jangan lupa bawa air minum sendiri, siapa tahu haus tapi nggak ada yang peduli.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun