Setelah peristiwa 4 Mei, aktivitas pemogokan meningkat menjadi 100 kampus atau lebih per hari selama empat hari berikutnya. Pada akhir dua minggu pertama Mei, pemogokan telah meluas ke hampir 900 kampus di setiap negara bagian kecuali Alaska.
Jutaan mahasiswa, banyak di antaranya belum pernah berpartisipasi dalam gerakan antiperang sebelumnya, ikut ambil bagian. Â Bahkan melibat perguruan tinggi kecil yang sebelumnya tidak terliabat protes anti perang.
Pemogokan, aksi, dan acara diorganisir dan dilaksanakan di setiap kampus tanpa  melibatkan dari organisasi hak-hak sipil atau antiperang nasional yang besar. Pemogokan ini reaksi spontan dan murni dari kalangan mahasiswa.
Pemogokan berakhir dengan berbagai cara dan waktu. Di beberapa sekolah, ujian akhir dan kegiatan wisuda dibatalkan. Di sekolah lain, upacara wisuda tetap diadakan, tetapi mahasiswa memanfaatkan upacara ini sebagai ruang untuk melanjutkan protes mereka.
Pada acara wisudapembicara mahasiswa menyampaikan pesan-pesan antiperang dan mereka yang hadir mengenakan ban lengan hitam atau menolak mengenakan atribut akademik tradisional. Â Pada akhir tahun ajaran 1970, pemogokan berakhir di mana-mana dan aktivitas kampus yang intensitasnya kembali pulih.
Pemogokan mahasiswa nasional ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam skalanya dan merupakan bukti inspiratif akan kekuatan kaum muda untuk mendobrak politik di tingkat nasional dan mendesak agar keprihatinan mereka diakui.
Baca: Amanda MillerÂ
Sebagai catatan, belum reda akibat peristiwa 4 Mei, Amerika Serikat diguncang tragedi lain. Pada  14 Mei terjadi penembakan di kampus yang mengakibatkan kematian dua mahasiswa Afrika-Amerika dan melukai 12 lainnya di Jackson State University di Mississippi.
Kali ini, petugas penegak hukum menembakkan lebih dari 150 peluru dalam 30 detik ke sebuah asrama. Rupanya para penegak hukum ini  menanggapi pengaduan bahwa pemuda Afrika-Amerika melemparkan batu ke pengendara kulit putih dan sebagai balasan atas lemparan batu bata dan batu ke arah polisi ketika mereka tiba.
Kedua insiden ini---terutama penembakan di Kent State---memicu lonjakan aktivisme antiperang yang belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh Amerika Serikat.
Peristiwa ini memaksa  Lydon B. Johnson untuk mundur dari pencalonan kembali. Mantan Presiden AS (1965-1969) ini lah yang dinialai bertanggungjawab atas agresivitas militer AS di Vietnam.