Mungkin yang terpenting, pernyataan yang ditandatangani oleh anggota Garda Nasional Ohio dianggap oleh mereka sebagai pernyataan penyesalan, bukan permintaan maaf atau pengakuan atas kesalahan.
Dampak Peristiwa Tragedi Universitas Negeri Kent
Pada 4 Mei itu juga Presiden Nixon menyampaikan penyesalannya atas kematian empat mahasiswa di Kent State University. Dia mengatakan  perbedaan pendapat berubah menjadi kekerasan, hal itu mengundang tragedi."
"Saya berharap insiden tragis dan malang ini akan memperkuat tekad seluruh kampus, administrator, fakultas, dan mahasiswa di negara ini untuk berdiri teguh membela hak yang ada di negara ini untuk melakukan perbedaan pendapat secara damai dan sama tegasnya menentang penggunaan kekerasan sebagai sarana ekspresi tersebut," ujar Nixon seperti dilansir New York Times.Â
Namun di mata para aktivis Presiden Nixon, di depan umum, pernah menyebut para pengunjuk rasa di Kent State University sebagai "gelandangan." Ia tidak pernah, di depan umum, menyampaikan sepatah kata simpati kepada para korban tewas dan luka di Kent State
H. R. Haldeman, seorang ajudan utama Presiden Richard Nixon, berpendapat bahwa penembakan itu berdampak langsung pada politik nasional. Dalam The Ends of Power, Haldeman (1978) menyatakan bahwa penembakan di Kent State mengawali kejatuhan Nixon sebelumanya terjadinya Skandal atergate, yang akhirnya menghancurkan pemerintahan Nixon.
Di luar dampak langsung dari 4 Mei, penembakan itu tentu saja melambangkan perpecahan politik dan sosial yang mendalam yang begitu tajam memecah belah negara selama era Perang Vietnam.
Baca:Â Shapell
Dampak penembakan tersebut bukan meredakan aksi unjuk rasa tetapi juga meluas ke mahasiswa di seluruh negeri. Peristiwa tersebut memicu pemogokan mahasiswa nasional yang akhirnya memaksa ratusan perguruan tinggi dan universitas untuk tutup.
Pemogokan mahasiswa pertama di negara itu adalah akibat dari tragedi 4 Mei dan bukan tindakan Presiden Nixon di Kamboja, seperti yang awalnya diperkirakan banyak orang.
Setelah Presiden Nixon mengumumkan rencana untuk memperluas aksi militer ke Kamboja pada  30 April 1970, setidaknya 760 kampus berpartisipasi dalam berbagai cara dengan pemogokan dan boikot yang melanda kampus-kampus dengan kecepatan 20 kali per hari.