Beberapa hutan kota dan alam di Jawa Barat berpotensi menjadi tempat untuk terapi Mandi Hutan yang kerap disebut sebagai Forest Bathing atau Forest Healing diteliti dalam lima tahun terakhir ini. Antipasi untuk meningkatnya penyakit stress di Indonesia?Â
Studi yang dilakukan oleh Ayumi Honda dan kawan-kawannya  tentang tingkat stress di kalangan karyawan yang dimuat di Jurnal Safety and Health at Work 2014 melaporkan lebih dari 60 persen karyawan menderita kecemasan dan stres.Â
Laporan itu menyebutkan masyarakat Jepang kini menghadapi isu disabilitas psikogenik  hingga bunuh diri terkait pekerjaan.  Ironisnya angka harapan hidup rata-rata meningkat drastis yang menyebabkan pertumbuhan populasi lansia, di mana pada 2019 sebanyak 22,8 persen populasi Jepang berusia di atas 65 tahun. Â
Di Jepang, lebih dari 60% karyawan dilaporkan menderita kecemasan dan stres. Akibatnya, masyarakat Jepang telah mulai menangani isu-isu penting seperti disabilitas psikogenik dan bunuh diri terkait pekerjaan.
Harapan hidup rata-rata di Jepang telah meningkat drastis seiring dengan penurunan angka kematian, yang mengakibatkan pertumbuhan populasi lansia. Pada 2009 sebanyak  22,8% populasi Jepang di atas 65 tahun.
Persoalan sudah berlangsung sejak 1970-an, sejak Jepang mengalami peningkatan urbanisasi dan ajam lembur yang apanjang menyebabkan meningkatnya kecemasan dan penyakit yang berhubungan dengan stres.Â
Untuk menjawab masalah ini Kementerian Pertanian, Kehutanan dan Perikanan Jepang pada 1980-an menawarkan terapi yang disebut Shinrin-Yoku atau praktik Mandi Hutan. Mereka yang mengalami stress berjalan di tengah hutan dan merasakan suasananya.
Akar terapi ini diambil dari budaya Jepang, terutama dari Shinto dan Buddha kuno menekankan kualitas spiritual dengan kekuatan pemulihan dari alam. Masyarakat Jepang kuno punya budaya hubungan spiritua manusia dan alam. Ibaranya terapi ini menemukan kembali jalan nenek moyang mereka.
Baca: Silvotherapy.Co.Uk Â
Di Indonesia beberapa riset dan penelitian tentang manfaat Forest Bathing atau Mandi Hutan ini sudah mulai dilakukan. Â Pasalnya Indonesia mempunyai banyak spot hutan yang aman untuk dijelajahi untuk terapi ini.
Guru Besar Manjaemen Lanskap  IPB University  Syartinilia Wijaya memulai riset Forest Bathing sejak  hampir dua tahun ini. Sekretaris Lembaga Riset Internasional dan Perubahan Iklim IPB University ini mengatakan mandi hutan di Indonesia bisa memanfaatkan hutan-hutan kota
Jumlah hutan kota di kawasan Jabodetabek saja lebih dari 20-an, hingga tidak perlu ke Gunung Gede-Pangrango yang jauh dari kota, di mana tingkat stress masyarakat tinggi.
"Saat ini kami baru tahap identifikasi potensi hutan kotanya, mana yang sudah siap, kalau sudah siap seperti apa akan dikelola dan diintegrasikan atraksi itu dengan yang sudah ada.," tutur Syartinilia melalui Whatsapp, 16 Juli 2025.
Perempuan yang punya hobi jogging, jalan kaki dan yoga ini menuturkan yang ia lihat di Jepang dan Korea Sealatan, aktivitas ini dilakukan di hutan-hutan alami dan pegunungan.
Di Jabodetabek bisa potensinya bisa dikembangkan terutama untuk tanamannya yang diharapkan memiliki struktur miniatur hutan alami. Â Riset yang dilakukannya bersama berapa mahasiswa mencakup apa saja yang perlu ditanam pengelola.
"Saat ini baru 3 lokasi  riset, Hutan Kota Srengseng, Hutan Kota Bina Patriot, Bekasi dan Kebun Raya Bogor," ucap dia.
Syartinilia mengatakan, menyediakan tempat untuk Mandi Hutan menyangkut bukanya hanya dari lanskapnya, Â tetapi dari pengelola, pengunjung dan juga kebijakan pemerintah kota.
Pada 11 September 2024 metode mandi hutan ini juga dijajaki Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran dengan peserta sembilan mahasiswa dari Royal Melbourne Institute of Technology dari Australia dan lima mahasiswa Fakultas Psikologi Unpad.
Mereka melakukan perjalanan di Hutan Gunung Mandalawangi yang terletak di perbatasan Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung.
Para peserta didorong  merasakan dan mendengar desir angin, serta suara-suara dari alam. Para peserta diminta meraba pohon dan berbicara pada pohon, hinga bermain air di sungai.
Namun kata Koordinator Program Forest Healing FAPSI Unpad Hammad Zahid Muharram, terapi ini hanya bisa meredakan, namun tidak menyembuhkan. Bagaimana pun juga penyembuhan stress perlu terapi CBT.
Hanya saja Zahid mengakui bahwa manusia sebetulnya punya ikatan kuat dengan alam. Ketika manusia berada dalam hutan, ia merasakan suasana yang berbeda dengan di kota dan menjadi bagian dari alam.
"Manusia akan merasakan iklim mikro karena adanya zat phytoncide yang dilepaskan tumbuhan secara alami," kata Zahid.
Dia mencontohkan ibarat film Avatar, ketika manusia berjalan di tanah dengan kaki telanjang maka dia bersentuhan dengan elemen tanah, memandang awan dan bernafas bersentuhan dengan elemen udara.
Sementara ketika memeluk pohon merasakan kehanatan maka dia berkenalan dengan elemen api dan ketika bermain di sungai merasakan elemen air.
Zahid berharap Pilot Project ini akan berkembang menjadi produk layanan Fakultas.
Baca: Kanal Media UnpadÂ
Peneliti lainnya yang mencoba mengembangkan terapi ini ialah staf pengajar Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB Hikmat Ramadan melakukan pengujian di Gunung Walat, Sukabumi, pada 27 Oktober 2019.
Di sekitar Bandung, Jawa Barat  terdapat berapa tempat yang potensial untuk menjadi tempat Mandi Hutan, di antaranya Taman wisata Alam Puncak Bintang, Babakan Siliwangi, Taman Hutan Raya Djuanda, Orchid Forest Cikole, Hutan Gunung Putri dan masih banyak lagi spot.
Jadi sebetulnya jika manusia sadar bahwa penyakit seperti stress bisa diredam jika mereka mau memelihara dan bersahabat dengan alam dan bukan merusaknya.
Irvan Sjafari
Sumber:
Ayumi Honda, Yutaka Date, Yasuyo Abe, Kiyoshi Aoyagi, Sumihisa Honda "Work-related Stress, Caregiver Role, and Depressive Symptoms among Japanese Workers" dalam  Safety Health at Work, Volume 5, Issue 1, 2014
https://highlandadventure.co.id/forest-bathing-di-indonesia
https://silvotherapy.co.uk/articles/the-origins-of-forest-bathingÂ
 https://arl-faperta.ipb.ac.id/profil-staf-pengajar_swi/
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI