Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Jalan Panjang Manusia Bermukim di Mars, Ini Penelitian Teranyar

1 April 2025   19:55 Diperbarui: 2 April 2025   21:46 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: earth.com

Mungkin ada planet lain yang punya berbagai penopang hidup bagi manusia jika harus bertranmigrasi dari Bumi. Sekalipun hingga saat ini hidup di planet lain masih dalam fiksi ilmiah. Salah satu planet yang paling banyak menjadi tema fiksi ilmiah adalah Mars, planet tetangga Bumi.

Salah satu syarat penopang hidup seperti di Bumi planet itu mempunyai kandungan air dan itu berarti adanya oksigen. Sebuah studi yang dilansir Earth.Com 31 Januari 2025 mengungkapkan tim peneliti yang menyebutkan adanya  ukti kuat tentang "riak gelombang" purba di bebatuan. 

Riak-riak ini dibentuk oleh air dan angin sekitar 3,7 miliar tahun lalu. Menjadi bukti nyata keberadaan genangan air di Mars sekitar 3,7 miliar tahun yang lalu.

Salah seorang peneliti dari The California Institute of Technology (CalTech) dan penulis pertama penelitian tersebut Claire Mondro menyebutkan ketika itu iklim di Mars cukup hangat untuk adanya air.

"Bentuk riak-riak itu hanya dapat terbentuk di bawah air yang terbuka ke atmosfer dan dipengaruhi oleh angin," kata Claire.

Peneliti lainnya, guru besar geologi dari CalTech Dr. Michael Lamb yang ekspert mempelajari interaksi sedimen, air dan atmosfer di Bumi bekerja keras menciptakan model komputer berdasarkan riak-riak ini untuk memperkirakan ukuran danau Mars purba.

Hasilnya dia memproyeksikan riak-riak tersebut mempunyai ketinggian enam milimeter. Ini cukup mendukung danau dangkal dengan kedalaman sekira dua meter.

Studi ini memperkuat penelitian sebelumnya bahwa memang ada air yang tersembunyi di bawah permukaan Mars. Sebuah publikasi yang dimuat dalam Jurnal Proceedings of The National Academy of science (PNAS) pada 12 Agustus 2024 mengungkapkan bahwa lautan bawah tanah ini sangat besar.

Para peneliti menggunakan data seismik yang diambil oleh InSight Lander milik National Aeronautics and Space Administration (NASA), dikutip dari Live Science, 12 Agustus 2024.

Lautan bawah tanah itu berpotensi mengcover seluruh planet dengan kedalaman lebih dari satu setengah kilometer.   

Namun untuk bisa mengaksesnya tidak mudah karena letaknya sekira 11-20 kilometer dari permukaan Mars. Jadi jika ingin mencapai air itu dibutuhkan peralatan dan pengeboran.

Salah seorang penelitian dari Universitas California Berkeley Michael Manga mengatakan sekalipun hingga saat ini tidak ditemukan bukti kehidupan, setidaknya di Mars ditemukan bukti penopang kehidupan. Air adalah penopang kehidupan. (Baca: Kompas)

Jika demikian, setidaknya adanya air menjadi  sumber daya penting bagi astronot, pelopor manusia pertama untuk bermukim di Mars. Air tidak hanya untuk minum tetapi juga untuk menghasilkan oksigen dan bahkan bahan bakar roket.

Saat ini badan antariksa Ameika Serikat (NASA) sudah menyiapkan perangkat kehidupan yang disebut oven microwave yang menyediakan udara yang mereka hirup dan propelan roket yang membawa mereka pulang.

Perangkat itu, yang disebut MOXIE (Mars Oxygen In-Situ Resource Utilization Experiment), telah menghasilkan oksigen untuk ke-16 kalinya dan terakhir di atas wahana penjelajah Perseverance milik NASA.

Kinerja instruman ini melampaui ekspetasi  para penciptanya di Massachusetts Institute of Technology (MIT).

Sejak Perseverance mendarat di Mars pada  2021, MOXIE mampu memproduksi  122 gram oksigen. Jumlah itu bisa membuat seekor anjing kecil hidup untuk waktu sepuluh jam.

Pada tingkat efisiensi tertingginya, MOXIE mampu menghasilkan 12 gram oksigen per jam -- dua kali lipat dari target awal NASA untuk instrumen tersebut -- dengan kemurnian 98% atau lebih baik. Pada uji cobanya yang ke-16, pada 7 Agustus 2023, instrumen tersebut menghasilkan 9,8 gram oksigen.

MOXIE berhasil memenuhi semua persyaratan teknisnya dan dioperasikan pada berbagai kondisi selama setahun penuh di Mars, yang memungkinkan pengembang instrumen mempelajari lebih banyak tentang teknologinya.

"Kinerja MOXIE yang mengesankan menunjukkan bahwa mengekstraksi oksigen dari atmosfer Mars adalah hal yang layak -- oksigen yang dapat membantu memasok udara yang dapat dihirup atau propelan roket bagi astronot masa depan," kata Wakil Administrator NASA Pam Melroy dikutip dari situs NASA 6 September 2023.

Rangkaian penelitian teranyar ini memang memberikan harapan hadirnya pemukiman manusia di planet Mars. Hingga saat ini berbagai hasil penjelajahan oleh pesawat antariksa mengindikasikan bahwa permukaan planet mars adalah padang tandus.

Namun kata penelitian baru berikutnya dari Tim ilmuwan Univeritas Colorado Boulder para astronot pelopot masih menghadapi kendala lain, yaitu paparan debu Mars yang dalam jangka waktu panjang menimbulkan masalah kesehatan, seperti gangguan pernafasan hingga penyakit tiroid.  

Sejumlah pakar dari berbagai berbagai bidang ilmu, kedokteran, geologi dan teknik kedirantaraan terlibat dalam penelitian yang dipublikasikan di Jurnal GeoHealth ini.

Namun saja menurut penulis utama penelitian itu Justin Wang dari Universitas California Selatan di los Angeles  bahwa masalah debu bukan bagian berbahaya untuk bermukim di Mars.  

"Debu adalah masalah yang dapat dipecahkan, dan ada baiknya kita berupaya mengembangkan teknologi yang berfokus pada Mars untuk mencegah masalah kesehatan ini sejak awal," ucap Wang dalam situs Universitas Colorado, 31 Maret 2025.

Senyawa-senyawa di dalam debu mengandung  mineral  silikat dan oksida besi, logam seperti berilium dan arsenik, serta golongan senyawa yang sangat berbahaya yang disebut perklorat.

Perkiraan menunjukkan bahwa ukuran rata-rata butiran debu di Mars mungkin hanya 3 mikrometer, atau sekitar sepersepuluh ribu inci.

Memang bahan-bahan tersebut hanya terdapat dalam jumlah sedikit di debu Mars. Namun sambung rekan penulis Brian Hynek, penjelajah manusia pertama di Mars mungkin menghabiskan sekitar satu setengah tahun di permukaan. Secara kuantitas maupun kualitas berisiko terpapar.

Lapisan debu kaya akan partikel-partikel kecil besi, yang memberikan warna merah yang terkenal pada planet ini. Badai debu yang berputar-putar adalah hal yang umum.

"Kemungkinan para pelopor bisa mendaratkan pesawat antariksa di gunung berapi akan menghadapi badai debu setinggi sepuluh meter," tutur Guru Besar Geologi ini.

Dalam penelitian saat ini, Wang dan beberapa rekan mahasiswa kedokterannya di USC meneruskan penelitiannya tentang potensi efek toksikologi dari bahan-bahan dalam debu Mars.

Memang masih membutuhkan jalan panjang untuk menyiapkan jalan menyiapkan Mars sebagai tempat bermukim manusia. Bisa jadi kisah kehidupan di Mars di masa mendatang, namun bisa jadi nyata. Bukankah dulu penjelajahan ke bulan merupakan cerita fiksi Jules Verne pada abad ke 19? 

Irvan Sjafari

Sumber Foto: https://www.earth.com/news/mars-surface-contains-more-organic-matter-than-previously-believed/

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun