"Hal ini dapat membantu mengungkap bagaimana perubahan iklim mempengaruhi penyebaran resistensi," pungkas Jang.
Eropa
Pada Kongres  Mikrobiologi Klinis & Penyakit Menular Eropa (ECCMID) ke-29 di Amsterdam, Belanda pada 13-16 April 2019 sebuah penelitian  hubungan antara perubahan iklim dan  bakteri resisten antimikroba (AMR) mengungkapkan hal sebangun juga.
Penelitian ini  dilakukan di Institut Pengendalian Infeksi dan Penyakit Menular Jerman, Pusat Medis Universitas Gttingen bekerja sama dengan Hannover Medical School pda 30 negara.
Studi tersebut mengidentifikasi hubungan baru antara AMR dan faktor iklim di Eropa. Hasil ini mengungkapkan dua aspek: faktor iklim berkontribusi signifikan terhadap prediksi AMR di berbagai jenis sistem layanan kesehatan dan masyarakat.
"Sementara perubahan iklim mungkin meningkatkan penularan AMR, khususnya resistensi karbapenem (sejenis antibiotika)," kata Simone Scheithauer, penulis utama studi tersebut seperti dilansir down to earth. Â Â
Para peneliti menggunakan data yang diterbitkan oleh Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa untuk menentukan Pseudomonas aeruginosa yang resisten terhadap karbapenem selama enam tahun.
Serta Klebsiella pneumoniae, Escherichia coli sudah estistensi terhadap sejumlah antibiotika  dan Staphylococcus aureus yang resisten terhadap obat antibiotika lainya, Metisilin.
Demikian pula, penelitian  yang dilakukan oleh Key Laboratory of Aquatic Botany and Watershed Ecology, Wuhan Botanical Garden, Chinese Academy of Sciences, Wuhan, China dan School of Life Sciences, University of Dundee, Skotlandia.
Tim peneliti  menemukan bahwa gen yang resisten terhadap antibiotika berlimpah di lahan basah padat. Sampel penelitian ini diambil dari 32 lahan basah di Dataran Tinggi Qinghai-Tibet.
Jadi, mau tidak mau memang harus ada upaya kuat dunia untuk mencegah dampak perubahan iklim jadi lebih besar.