Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Petualangan Manuk Dadali: Prahara di Nusantara (4, Pertempuran Laut)

4 Mei 2022   09:41 Diperbarui: 4 Mei 2022   09:46 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara Vina, Sang Ibu menolong seorang penumpang untuk berdiri di papan. Dia sendiri juga berusaha menolong. Farid melihat kapal pinisi itu tenggelam dengan cepat. Cukup lama di air dan mahluk celaka itu menyantap mereka yang ada di laut...

Farid berteriak! Terbangun. Bukan saja Zia, tetapi juga Kanaya dan Yura. Zia segera naik ke atas dan menenangkannya.

"Aku ingat sekarang. Empat teman Bunda itu pergi terbang....sebelum kapal meledak..."

Kanaya dengan tangkas mencatat di tabletnya. Tapi mereka harus tidur. Zia memilih tidur di atas bersama Farid dan menenangkannya. "Ada Kak Zia...!" katanya.

Farid pun mau tidur. Tapi sejam kemudian dia terbangun. Lalu mengambil penyetel drone dari Zia. Dia menghidupannya dan drone itu terbang di atas ketinggian seratus meter kemudian berkeliling kapal.

Drone dilengkapi penglihatan malam yang bisa melihat kegelapan dengan akurasi tinggi. Mulanya Farid hanya melihat burung-burung camar terbang, hasil budi daya dari Bumi tandanya mereka dekat dengan Kota Mahameru. Lalu dia mulai iseng melayang lebih tinggi dan sudah mendapat gambar Kota Mahameru berbentuk gunung itu.

Namun dia juga melihat ke samping sampai sejauh dua kilometer, ada yang meluncur dengan cepat ke arah kapal.

"Kak Zia, ada yang seperti itu ke kapal Pinisi aku dulu!" teriaknya.

Zia bangun melirik layar kontrol drone. Lalu dia melompat dan bergegas mengenakan jilbabnya sekenanya bersama Kanaya dan Yura. "Kamu tunggu di sini."

Kapten Bismo segera dibangunkan. Mereka ke kabin dalam berapa menit, ada dua torpedo mendekat sudah sejarak lima ratus meter.

Zia dan Kanaya sudah menyiapkan dua sepedanya dengan perisai. Kapten Bismo hanya bisa terperangah, ketika keduanya menubrukan diri ke torpedo itu. Farid rupanya naik melihat dan berteriak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun