Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Dokumentasi (1) Selusur Sungai Musi 2015

23 Januari 2022   12:10 Diperbarui: 23 Januari 2022   12:14 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di depan Jembatan Ampera Palembang 2015/Dokumentasi pribadi

Di pulau itu terdapat sebuah klenteng tak jauh dari  dermaga pulau.  Luasnya sekitar 24 hektar dan ditumbuhi aneka pepohonan rindang.Di dalam Klenteng Hok Tjing Bio terdapat satu batu mirip bongpai kecil (nisan dalam tradisi Tiongkok) dengan tiga altar kayu yang dipercaya berhubungan dengan legenda Putri Palembang Siti Fatimah dengan Pangeran Tan Bun An dari Tiongkok. Sejumlah empat kilin binatang terkait mitologi Tiongkok menjaga tiap sudutnya.

Bersama rombongan TX Travel-Foto: Donna Oriza/TX Travel.
Bersama rombongan TX Travel-Foto: Donna Oriza/TX Travel.

Prasasti di dekat klenteng menceritakan bahwa setelah menikah Siti Fatimah dibawa oleh Tan Bun An ke negeri Tiongkok menemui orangtuanya dan diberikan tujuh guci yang sebetulnya berisi emas dan permata.

Orangtuanya mengetahui di Muara Musi waktu itu dipenuhi perompak maka guci itu ditutup sayur asin. Sayangnya Tan Bun An tidak mengetahui hal itu.  Ia kekecewa ketika mengetahui isi  guci itu hanya sayur mayu,

Dia pun melempar enam dari tujuh guci yang diberikan ke dalam sungai setelah kembali ke kawasan sekitar Pulau Kemaro ini. Baru ketika guci ketujuh jatuh menyentuh tepi kapal dan tumpah,  baru disadari guci itu berisi emas dan permata hadiah dari orangtuanya.

Tan Bun An tanpa pikir panjang mencebur ke sungai mencari guci, tetapi tidak muncul lagi. Istrinya pun ikut meloncat diikuti pengawal Tan Bun An dan ketiganya tidak kembali.

Ketika di pulau saya dapat cerita dari  Burhan, (waktu itu usianya 50 tahun) kuncen klenteng. Dia meluruskan cerita itu dan menyebutkan ada empat orang lagi yang terjun dan gucinya ada 18 buah. Yang keempat adalah seorang dayang -dayang.

Klenteng ini  sebetulnya dibangun pada 1960-an sebelumnya hanya pondok. Klenteng ini ramai setiap perayaan Imlek dan Tjap Gomeh.  Sayangnya cerita ini tidak menyebutkan kapan kira-kira kisah ini muncul dan menggambarkan masa apa.

Sandra Taal dalam artikelnya berjudul "Cultural Expression, Collective Memory and The Urban Landscape" dalam The Indonesian Town Revisted yang disunting Peter J.M.Nas 2002 menyebutkan cerita ini baru dikenal awal abad ke 20.

Johannes Widodo dalam artikelnya "A Celebration of Diversity and the Origin of Pre Colonial Coastal Urban Pattern ind South East Asia" dalam buku yang disunting Leo Suryadinata "Admiral Zheng He and South East Asia" menggambarkan sejarah akulturasi budaya.

Kisah ini menghubungkan pemukiman Muslim-Jawa Palembang dengan beberapa ribu imigran Tiongkok dari Guandong, Zhangzhou dan Quanzhou dengan pimpinan disebut Liang tao Ming "Old Kang" di tepian Sungai Musi pada abad ke 14 era pertama Dinasti Ming.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun