Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Guru Minda (9)

24 September 2020   11:33 Diperbarui: 24 September 2020   11:52 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-Foto: Ceritaduniaanak.com

SEMBILAN

Dalam sejarah dunia adalah seorang Jendral Prusia pada abad ke 19 bernama Clausewitz yang merumuskan pandangannya tujuan perang ialah menghancurkan lawan agar tidak mampu lagi melakukan perlawanan,. Sejauh musuh mempunyai kapasitas untuk bertahan, maka harus dihancurkan.  Perang  dalam arti adu fisik adalah kelanjutan politik oleh suatu pihak agar pihak lain mengikuti kemauan politiknya. Doktrinnya dipakai banyak militer di berbagai negara.

Kami di Titanium tidak lagi menggunakan doktrin itu. Militer hanya digunakan untuk mempertahankan diri bukan untuk menyerang dan seratus persen melawan bolo.  Untuk apa berperang dengan sesama manusia? Semua kebutuhan terpenuhi, kami tidak mau merusak surga kami.  Purbasari terpana mendengar cerita Ambu tentang Preanger dan dia ingin menerapkannya jadi politik negara Pasir Batang,

Baru sejak ekspedisi ke Bumi dua kali ini orang Titanium melanggarnya dan kembali ke Clausewitz. Kalau ekspedisi teteh mayang dan teteh Ira,  orang Titanium bagaikan dewa turun dari kahyangan dan menghadapi manusia yang ditindas oleh manusia lain dalam posisi bertahan. Tetapi kali ini kamilah yang harus menyerang untuk bertahan hidup.

Dua hari setelah bertempuran di kaki Gunung Cupu Mandalayu, Samuel memimpin empat prajurit Titanium ditambah teteh Ira dan teteh Mayang dengan dua motor capung terbang.  Aku dan Purbasari berboncengan naik motor capung terbang.  Sementara Gigin  dan empat prajurit Cupu Mandalayu naik motor capung terbang, Mereka sudah belajar. 

Tujuan kami dari unit motor capung terbang adalah langsung ke istana. Walau harus menghadapi Nyi Ronde.  Sementara di bawah, Samuel, Karna Subarka membawa dua ratus prajurit Cupu Mandalayu dan orang-orang yang bergabung untuk melawan rezim Purbararang.   Kami juga menggerakan delapan anjing robot. Sisanya tiga menjaga dusun.

Menurut telik sandi, pasukan asing hanya ada 200 orang dipimpin Brutus belum bergerak dan 200 prajurit Purbararang, sebetulnya hanya separuh yang loyal. Sementara prajurit yang lain ada di wilayah yang diduduki, serta ada di negeri Purbamanik belum ditarik ke ibu kota. Indrajaya masih menganggap enteng kami.

Lawan lebih banyak, tetapi kami percaya dengan moral kami.  Satu-satunya yang buat penasaran ialah Purbaendah tidak ada di ibu kota bersama kelompoknya yang lebih kuat.  Telik sandi malah menyebut mereka masih di Kabandungan, yang perlu waktu ke ibu kota kalau bertindak, sekalipun ada peralatan modern.

Kami sudah bergerak sejak pukul empat pagi. Pasukan darat diangkut dengan empat jip terbang sekelompok demi sekelompok hingga satu kilometer dari ibu kota.  Lalu kemudian bergerak merayap.

Aku mengawasi dari udara, kami terbang cukup tinggi agar tidak terlihat.  Pukul enam kami memasuki kota.  Pasukan darat membuka kontak senjata dengan panah dan sebagian dengan senjata high voltase di jalan-jalan ibu kota.  Pasukan loyalis Purbararang dan pasukan asingnya  tampak terkejut. Mereka tidak menyangka bakal didatangi.

Rakyat segera bersembunyi menghindari adu senjata. 

"Kita langsung ke istana, bersiaplah adik Purbasari," kataku.

Penjaga istana terkejut melihat kami langsung mendarat  menembak dari atas istana melumpuhkan penjaga menara yang hanya bersenjata panah. Namun tentara asing menembak dengan senjata laser. Sebuah capung motor terbang kena, karena prajurit Purbasari belum mahir namun dia berhasil menabrakan motornya menghancurkan dinding pertahanan prajurit asing, hingga lebih dari tiga prajurit asing terlontar dengan tubuh hangus.

Prajurit Purbasari dengan senjata high voltase berada sendirian di tengah prajurit Purbararang dan tentara sewaan asingnya yang terperangah.  Dia mampu merontokan berapa orang, sebelum dia sendiri ditembak laser.  

Indrajaya dan Nyi Ronde keluar dari istana tampaknya marah, dengan terkejut. Nyi Ronde mengeluarkan senjata pamungkasnya  berupa sinar  mematikan berwarna keputihan yang mampu membuat seorang prajurit Purbasari hangus.

Indrajaya melihat aku dan Purbasari mendarat. Dia hampir tidak percaya dengan matanya bahwa Purbasari begitu mulus kulitnya dan dia tidak melihat Lutung Kasarung lagi.

"Wah, lebih tampan suaminya Purbasari!" celetuk warga yang menyaksikan.

Indrajaya panas dan dia menembak dengan senjata laser, aku menghindar ttembakana itu merusak tembok. Lalu aku menembak, Indrajaya juga menghindar dan terkena dinding pendopo.  Anak buahya ada yang membongkongku, tetapi bisa kuhindar panahnya, sebaliknya dia kena tembakan high voltase.

Indrajaya kemudian berlari menyerbut dan aku pun menyambutnya.  Kami berkelahi dengan tangan kosong.  Nyi Ronde terkejut dan hendak membunuh Purbasari  yang tidak terlalu jauh dengan senjatanya.  Tetapi Ira melihatnya dan langsung menerjang dengan motor capung terbangnya.  Motor capung itu hancur, tetapi Ira melompat menyergap Nyi Ronde.

Nyi Ronde terlempar dan topengnya terlepas  bersama tongkatnya.  Tampaklah wajahnya, seorang perempuan usia sekitar 40 tahun dengan guratan keras. Nyi Ronde sama sekali tidak gentar, bahkan dingin.

Dia mengeluarkan pisau dan menyabetkan ke teteh Ira, tetapi Ira yang memang tentara sekaligus pilot menghindar dengan tangkas.  Tapi aku melihat sekilas karena  disibukan dengan Indrajaya. Dia memakai baju zirah, sementara aku tidak. Tetapi itu membuat gerakannya lambat.

Purbasari berteriak cemas melihat aku bergulat dengan Indrajaya yang sedikit lebih tinggi dari aku. Namun aku menguasai beberapa bela diri dan membuat Indrajaya terpental. Kami terus bekejaran sampai ke halaman istana. Rakyat menonton perkelahian kami dengan antusias. Bahkan mereka ikut campur menyergap para prajurit yang hendak mengeroyok atau membongkong.

Indrajaya berhasil aku tendang denagn dua kaki dan dia terpelanting, baju zirahnya justru membuatnya kesakitan dan aku mencoba meringkusnya hidup-hidup. Itu karena teriakan Purbasari: "Jangan bunuh dia, kekasih kakakku!"

Ilustrasi-Foto: Elib.Unikom.
Ilustrasi-Foto: Elib.Unikom.
Namun  Indrajaya berhasil lolos dari ringkusanku dan  dia melompat ke kuda prajurit bersama lima anak buahnya meninggalkan gelanggang pertempuran. Dari pendopo Purbararang berteriak memanggil.  Tampaknya dia ditinggal.  Wajahnya pucat. Tapi Aki Panyumpit dan Patih Uwak Batara menenangkannya. Purbasari juga menghampirinya, begitu juga aku.

"Kapok kan dengan orang asing?" ujar aku, sambil mengusap hidungku yang sedikit berdarah.                                                           

Purbararang pasrah, dia memerintahkan anak buahnya menyerah.  Sekitar pukul dua belas ibu kota berhasil diduduki.   Lebih dari tujuh puluh tentara asing tewas dan delapan puluh luka-luka.  Sebagian menyerah dan sekitar sepuluhan lari entah ke mana mengikuti tuannya Indrajaya. Hanya dua belas tentara loyalis Purbararang yang terbunuh dan tiga belas luka-luka, karena memang dihindari. 

Samuel kemudian datang. "Itu orang namanya Brutus empat kali kena tinju aku. Giginya ada yang rontok. Lalu lari terbirit-birit."

Aku heran begitu cepat mereka dikalahkan. Ternyata prajurit dari daerah lain yang loyalis Purbasari berdatangan. Masih terdengar hiruk pikuk pertempuran, walau pun makin sayup.

Titanium kehilangan satu orang  dan satu robot anjing, sementara Purbasari kehilangan delapan belas prajuritnya dan dua puluh luka-luka.  Kecil secara militer.  Tapi artinya dari sembilan tentara Titanium yang datang tinggal tujuh orang, sekalipun teteh Ira dan teteh Mayang mahir berperang. Begitu juga Kang Mamo dan Teteh Sisil.

Di  pendopo, Nyi Ronde masih ada ketangkasan dengan teteh Ira.  Nyi Ronde menggunakan sinar laser dan Ira menggunakan high voltase.  Sejumlah barang istana hingga bangunan rusak. Mereka kejar-kejaran ke luar istana. Begitu juga anak buah Nyi Ronde yang perempuan berkelahi dengan teteh Mayang, tetapi bisa dilumpuhkan.  Padahal badannya lebih kecil.

Purbamanik juga melawan Tika Dayanthi yang ikut menyerbu, tetapi dia diringkus tanpa cedera, karena memang tidak terlatih.

"Yang perempuannya tidak lari, tapi perwira yang laki-laki terbirit-birit," ucap Samuel menggeleng kepala.

Aku mengkhawatirkan teteh Ira. Lawannya juga tangguh.  Duel mereka jadi tontonan seru.  Nyi Ronde melukai beberapa orang yang menonton dan terlalu sembrono. Mereka berduel selang-seling dengan senjata api melawan high voltase dan juga tangan kosong. Tetapi teteh Ira akhirnya bisa mengalahkannya.  Nyi Ronde terbunuh dalam adu cepat menembak.

"Setidaknya dia kalah secara satria, lebih bagus dari siapa itu yang namanya Romawi itu..Oh, Crassus," kata  Samuel.

Purbararang tertunduk dengan wajah merah padam.  Purbamanik juga takut. Tetapi Purbasari malah memeluk mereka berdua seperti layaknya saudara.

Aku juga terharu, apalagi melihat Purbararang hamil.  Dia sudah menikah dengan Indrajaya.  Sebaiknya aku geram dengan suaminya yang semudah itu melarikan diri.

"Ke mana mereka kabur Kakak?" tanya Samuel lembut.

"Kabandungan. Purbaendah dan kekasihnya di sana," jawab Purbararang.

"Waduh, masih panjang ini urusan. Itu Suami kakak kurang satria."

Aku duduk di sebuah bangku diikuti Gigin.  "Anjeun yakin Purbaendah tidak menyerah atau melawan kita."

"Kalau dia mau dia sudah menyerang ke Cupu Mandalayu," kata Patih Uwak Batara. "Sudah enam bulan di sana tanpa kabar. Dia berani menentang keinginan Purbararang dan Indrajaya ketika ingin menetap di Kabandungan."

Belakangan aku tahu penyebab hancurnya pasukan Pasir Batang. Purbakencana dan  Purbadewata datang ke ibu kota membawa pengawalnya masing-masing yang menyertainya ke negeri orang.  Keduanya melapor ke purbasari. Istriku senang saudara-saudaranya berkumpul kembali walau ada yang berseberangan.

"Sayang Purbaendah tidak di sini."

                                                                                    

Ilustrasi-Foto: Katherina Blogs
Ilustrasi-Foto: Katherina Blogs
Ambu datang malam harinya.  Istana praktis dikuasai. Patih Uwak Barata  bergabung karena dia memang orang Purbasari sejak awal.

"Ambu ingin ikut ke kabandungan. Ada sesuatu mungkin rahasia negeri ini, bisa juga rahasia kita. Aku juga ingin tahu siapa orang kita yang ada di sana, kalau itu dari Titanium."

Ira dan Mayang juga nimbrung."Kami juga."

Aku juga penasaran.  Purbararang diintrogasi, apa yang dia ketahui  tentang Kabandungan.  Tetapi dia tidak pernah ke sana. Selama ini dia tahu beres.

"Yang aku tahu Purbaendah punya kamar yang tidak boleh dimasuki siapa pun termasuk aku, kalau ingin dapat persekutuannya."

"Tunjukan kamar dia!"

Patih Uwak Barata mengangguk setalah Purbaraang juga mengangguk. Purbasari juga ingin tahu.

"Bagaimana pun Kak Purbaendah yang melindungiu waktu diusir ke Cupu Mandalayu."

Kami bergerak menuju kamarnya.  Penjaganya bernama Gugun mulanya keberatan. Tapi setelah mengetahui situasi dia membiarkan.

Kamarnya luas selayaknya kamar putri istana.  Tetapi isinya tidak seperti itu.  Ya, ada tempat tidur. Tetapi di meja riasnya sama sekali tidak ada ramu-ramuan, melainkan sejumlah kotak yang menyerupai peralatan yang harusnya tidak ada di zaman ini.

Yang menarik perhatian aku dan Ambu ialah sebuah alat berbentuk laptop virtual dengan sejumlah mikropon.  Ira memerikasanya. "Mirip yang ada di akademi pilot. Dia meraba tombol."

Layar menyala seperti mencari sinyal.  Tampak hamparan bintang dan sebuah planet yang sangat kami kenal: Titanium, lalu mengecil ke arah sebuah kota Preanger Satu.

"Ya, Tuhan, dia sudah menemukan alat komunikasi Intersellar," ujarnya. "Dia sudah kontak dengan seseorang atau lebih di Preanger Satu."

Aku terperanjat ketika gambar yang ada di layar adalah wajah Bagus Sucahyana. "Sayang, aku menyusul anjeun ke sana. Tapi perlu waktu karena aku tidak punya peta ke Bumi. Jadi harus ada yang ke sana dulu."

Dia kemudian menunjukan sebuah gambar mirip burung garuda. Entah untuk apa. Suaranya kabur.

Di meja itu juga ada gambar dari Purbaendah yang ditunjukan ke Bagus. Ada gambar cambuk api, perisai yang didapat dari planet lain yang dihuni manusia. Ada rekaman suaranya.

"Kang Bagus, ini dari kahyangan yang lain, ya? Ada cambuk dan perisai yang tidak kelihatan. Tetapi aku ingin lihat seperti apa Manuk Dadali yang Kang Bagus rencanakan."

"Aku ajarkan caranya. Tetapi jangan anjeun gunakan melawan orang-orang kahyangan."

"Janji, Aa!"

Tak seorang pun di antara kami bicara. Semua terperangah.  Apalagi aku, melihat diriku sedang tidur di kamar kosku.  Sementara ada foto Samuel Wanggai, Atep Firman, Jalal Pamuncak, Yudi Faisal dan ada jersey Persib tergantung di lemari. Ada beberapa wayang golek, kujang untuk hiasan.  Benda milik Bagus. Tentunya juga gambar Burung Garuda.

"Garuda itu Manuk Dadali dalam bahasa kami."

"Ya, ini lambang negeri nenek moyang Aa dulu."

"Komunikasi inter selar butuh waktu karena melintasi lubang cacing, kalau tidak bisa tahunan cahaya. Tetapi ini bukan berapa bulan. Dilihat dari jejak digitalnya perkiraan aku mereka sudah bertahun-tahun berkomunikasi di sini banyak rekaman gambar," papar Ira.

"Tapi kali ini mereka bercakap-cakap, mungkin ada berapa waktu komunikasi bisa nyambung karena satu alur dan itu kebetulan, yang sulit terjadi lagi," sambung teteh Sisil.

"Setelah itu ibarat mengirim SMS atau MMS pada masa teknologi telekomunikasi masa nenek moyang kita dulu, tahu kapan sampainya, seperti surat pos. Ini ibarat handie talkie bergambar, lihat gambarnya mulai gambar karena gangguan kosmis," Ira membenarkan.

Lalu kami putar suara lain. Suara Bagus. Gambarnya mulai jelas lagi.

"Itu kawan Aa, namanya Guru Minda. Yang itu idola Aa, itu namanya Samuel, Atep.  Lalu kawan aa, Guru Minda, seperti apa?"

Bagus memperlihatkan sebuah foto.  Gambar aku.

"Tampan. Nanti rekamannya aku kasih pelukis istana untuk adikku Purbasari?"

Purbasari terkejut. "Pantas aku pernah melihat Kang Guru Minda dari lukisan. Sayang lukisan itu dirusak Kang Indrajaya. Kejadian ini kira-kira sebulan ayah menyerahkan tahta kepadaku."

Berarti ada jarak waktu antar mereka ketika berkomunikasi beberapa tahun? Mungkin 1-2 tahun. Lagipula putaran planet di Titanium lebih lama. Aku mulai  berpikir.

Kemudian dengan centilnya, Purbaendah memperlihatkan lukisan Purbasari.  Bagus tampaknya tertawa.

"Sebentar aku mau simpan buat ditransfer ke alat itu lalu kutaruh di kepala kawankku biar dia mimpi perempuan itu."

Purbaendah melonjak.  Tapi kemudian dia berkata,"Kang Bagus. Kadiyek, nanti aku tunjukin ada benda seperti di kamar Kang Bagus di Kabandungan."

Gambar berakhir. Itu bukan interaksi terakhir. Masih ada gambar belum sampai karena masih melintasi lubang cacing.

"Apa maksudnya juga ada di Kabandungan? Kujang? Wayang Golek? Itu masuk akal," ujar Samuel.

"Bisa jadi. Masa anjeun dan Atep Firman ada di sana," sela aku.

Ambu berpikir. "Ada pesawat koloni lain jatuh di sini iya. Lebih dari satu iya. Di antaranya komunikasi interselar ini."

"Tapi kita belum punya. Alat itu masuk ke ponsel virtualnya milik kawan anjeun Bagus Sucahyana secara acak dan Bagus menguncinya hingga bisa berkomunikasi dengan Purbaendah, yang ditaksirnya."

"Pantas kakakku sering bicara sendiri," kata Purbasari.

"Jadi Bagus Sucahyana di pesawat yang melewati pesawat Ambu?" ucap aku. "Bukan aku saja yang bermimpi tentang gadis di Bumi."

"Jawabannya menunggu gambar berikutnya yang masuk, hitungannya 2-3 hari lagi," kata Ira. "Keuntungan lain, kita coba komunikasi dengan anggota Dewan Preanger melaporan situasi."

"Kita bisa lebih lama di sini," sahut Ambu.

"Aku coba kirim pesan dulu dengan melacak sinyal dan kirim pesan minta bantuan lagi." Kata Ira. "Setelah itu kita berkunjungan ke Kabandungan."

Ira mencoba melacak kembali posisi Preanger Satu. Mesin bekerja. Tapi ia sudah membuat pesan dan gambar kami. "Halo-halo Preanger, kami butuh bantuan.  Halo-halo, beberapa orang Titanium gugur.  Siapapun yang menerima, sampaikan ke Dewan Preangaer!"

Entah masuk ke ponsel virtual siapa. Acak seperti Purbaendah.  Tapi kami kira yang menerima akan menyampaikan.

Samuel menambahkan. "Ekspedisi kurang sempurna. Ini Samuel Wanggai pemain Persib."

Nah, kalau diterima fans Persib di situ, pasti langsung dilaksanakan. Penggemarnya akan segera melapor.

Lalu kami keluar meninggalkan Ira dan Sisil sibuk berkomunikasi. 

Aku termanggu jelas jawabannya, Bagus mentransfer gambar Purbasari ke kepalaku. Iseng. Pantas Purbaendah menghindari membunuhku, karena dalam hatinya kecil dia menyayangi Purbasari. Bahkan dialah yang menjaga istriku itu sampai ke Cupu Mandalayu tanpa gangguan.

Sore itu juga Mamo mengirim dua drone  ke arah Kabandungan untuk mengambil gambar. Gigin mengirim beberapa telik sandi untuk menyusup.  Jelas jauh lebih sulit untuk menaklukan Kabandungan dari Ibu Kota Pasir Batang.                

Irvan Sjafari                                                             

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun