Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Dayang Sumbi (3)

5 Juni 2020   01:41 Diperbarui: 5 Juni 2020   01:38 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi-Foto: https://www.qureta.com/post/dayang-sumbi-dan-intelektualitas-perempuan-sunda

TIGA

Entah berapa lama aku pingsan. Sesuatu yang basah menyentuh wajahku. Aku segera bangun, rupanya wajah aku menyentuh tepian air. Begitu menyegarkan. Bersamaan dengan sinar matahari menerpa wajah aku.

Ketika aku membuka mata dan bangkit setengah tubuhku sudah di dalam air. Untung saja pakaian luar aku seperti teman-teman yang lain berlapis bahan tidak tembus air, sekaligus bisa beradaptasi dengan suhu dingin maupun panas.

Aku di luar pesawat, euy? Tanpa helm, yang harusnya dilakukan para penjelajah Guru Minda bila singgah di suatu planet karena belum tentu atmosfernya mengandung oksigen, bahkan bisa beracun. Tetapi kini aku bisa bernafas?  

Aku melihat sekeliling. Guru Minda Enam terkapar rusak dengan posisi miring di atas bebatuan dan bagian yang miring dekat tepi air terlepas pintunya, Mungkin akibat benturan keras. Kursi tempat duduku bahkan sampai terlepas ikut ke luar. Pantas aku terguling hingga tepi air.

Di planet manakah ini? Setahu aku selain Planet Titanium yang bisa didiami dengan aman, hanya tempat asal nenek moyang kami, Bumi. 

Aku segera  meraba tas yang terkait di samping bajuku masih utuh. Ada air minum, makanan dan yang penting ada pistol pelontar listrik. Segera aku memasuki pesawat. Ira segera kubangunkan, begitu juga dokter Harun, Kapten Ginanjar dan Kopral Andrian , Pilot Mamo, serta Pilot Caecilia (Sisil) masih hidup, Mereka tidak cedera.

"Alhamdullilah, bayangkan kalau terdampar di planet yang tidak ada oksigennya? Entah tubuh kita sudah pecah atau pesawat di angkasa," ucap Harun sambil sujud syukur mencium tanah.

"Ya, kemungkinan kita di Bumi. Entah di benua mana dan entah berapa ribu tahun setelah nenek moyang kita berangkat dari Gedebage," ujar Sisil.

"Pertanyaannya kalau ada di Bumi, di manakah manusia lain?" celetuk Mamo.

"Jangan-jangan manusia sudah punah," ucap Kapten Ginanjar sambil menyiapkan senapan pelontar listrik. "Bisa jadi juga di planet lain."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun