Mohon tunggu...
Juneman Abraham
Juneman Abraham Mohon Tunggu... Dosen - Kepala Kelompok Riset Consumer Behavior and Digital Ethics, BINUS University

http://about.me/juneman ; Asesor Kompetensi - tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi; Adjunct Lecturer di Sekolah Tinggi Kepemerintahan dan Kebijakan Publik (SGPP Indonesia); Pengurus Masyarakat Kebijakan Publik Indonesia (MAKPI) bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Butuh Kesadaran Kritis Mengenali Jurnal Predator: Implikasi Terhadap Integritas Akademik

22 Maret 2021   10:25 Diperbarui: 22 Maret 2021   14:18 2044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: http://dasaptaerwin.net/wp/2021/02/show-me-the-money.html

Hal ini gila. "Artikel memperoleh manfaat dari kritik yang membangun. Semakin banyak kritik yang membangun, semakin  baik." Hal ini mungkin berlaku untuk beberapa orang, tetapi ini bukan untuk saya. Pada saat saya mengirimkan artikel untuk publikasi, saya telah mengerjakannya selama berbulan-bulan, menulis, menulis ulang, dan menulis ulang lagi. Saya jarang meminta umpan balik dari siapa pun, itulah sebabnya Anda akan lebih banyak menemukan  dedikasi tulisan saya untuk anjing saya dan kepada teman-teman  dan kerabat saya yang telah meninggal---daripada ekspresi terima kasih kepada kolega---  dalam artikel yang saya diterbitkan. Beberapa penulis tidak membutuhkan bantuan. Ketika kita mengirimkan karya kita untuk publikasi, hal itu karena kita percaya bahwa artikel itu siap untuk dipublikasikan. Kita tidak mengapresiasi (atau mengharapkan) kritik, konstruktif maupun destruktif. Saya secara khusus tidak menyukai kritik (meskipun diniatkan dengan baik) dari orang-orang yang hanya membaca cepat (skimming) esai/artikel saya, dan itu, sayangnya, yang terjadi dalam banyak peninjauan/peer-review.

Untuk membawa diskusi ini kembali pada tempat dimulainya, salah satu alasan untuk lebih memilih jurnal "predator" daripada jurnal "terkemuka/bereputasi" adalah bahwa editor dan pengulas jurnal "predator" memiliki sentuhan yang ringan (a light touch), dibandingkan dengan editor dan pengulas jurnal "bereputasi". Editor dan pengulas jurnal "predator" menghormati penulis mereka (They respect their authors). Saya menyukai ini.  Ketika saya menyelesaikan sebuah artikel yang memuaskan saya, saya berharap artikel itu akan diterbitkan apa adanya atau tidak sama sekali. Tidak ada tuntutan untuk harus dibaca, dan mereka yang membacanya bebas untuk tidak setuju dengan apa pun yang saya katakan. Mereka bahkan bebas untuk menulis balasan dan mengirimkannya kepada saya, memberitahukan saya hal yang mereka pikirkan. Mereka bahkan bebas untuk menerbitkan sebuah balasan, baik di jurnal yang sama atau di jurnal yang lain. Itu, bagi saya, adalah penerbitan yang ideal. Itulah sebabnya, ke depan, saya  hanya akan menerbitkan dalam jurnal "predator". Saya bahkan tidak lagi menyerahkan karya saya ke jurnal "terkemuka/bereputasi".

Independensi Ilmuwan

eksploitasi (exploitation) Awalnya istilah ini tidak memiliki [sic] konotasi moral, hanya mengacu pada penggunaan atau pengembangan sumber daya. Dalam filsafat moral dan filsafat politik, istilah ini sekarang berlaku khusus bagi hubungan ekonomi dan sosial yang tidak adil di mana satu kelas dapat menyalahgunakan tenaga kerja orang lain (abuse the labour of others). Demikianlah, untuk mencirikan sebuah hubungan sebagai eksploitatif, perlu mengasumsikan putusan moral negatif pada keadilannya (a negative moral verdict on its justice) (Blackburn, 2008: p. 126 [huruf tebal sesuai aslinya]).

Saya telah memberikan beberapa alasan independen untuk menerbitkan di jurnal "predator". Setiap alasan adalah penjelasan, dalam arti  bahwa alasan itu menjelaskan mengapa saya, penulis artikel ini, menerbitkan artikel dalam jurnal "predator"; tetapi masing-masing juga justificatory, dalam arti bahwa alasan-alasan saya itu memberikan penalaran bagi orang lain---siapa pun yang kebetulan membaca artikel ini, termasuk  Anda---untuk mengikuti jejak saya.

Alasan terbaik yang dapat saya pikirkan untuk menerbitkan artikel dalam jurnal "predator" adalah bahwa alternatifnya, yaitu penerbitan dalam jurnal "terkemuka/bereputasi", adalah eksploitatif, dan karenanya tidak adil. Biar saya jelaskan hal yang saya maksudkan dengan hal ini. Menurut jurnalis Inggris George Monbiot, pada tahun 2018,

"Setengah penelitian dunia diterbitkan oleh lima perusahaan: Reed Elsevier, Springer, Taylor & Francis, Wiley-Blackwell  dan American Chemical Society. Perpustakaan harus membayar mahal untuk jurnal (bundled journals) mereka, sementara mereka yang berada di luar sistem universitas diminta untuk membayar $20, $30, kadang-kadang $50 untuk membaca satu artikel (Monbiot, 2018)."

Pada tahun 2019, Reed Elsevier (sekarang dikenal sebagai Elsevier) memiliki pendapatan bersih sebesar $2,58 miliar. Elsevier menerbitkan 2.500 jurnal. Taylor & Francis sekarang menjadi divisi dari Informa plc, yang memiliki pendapatan bersih $330,4 juta pada tahun 2019. Wiley-Blackwell, yang sekarang dikenal sebagai John Wiley & Sons,  atau singkatnya Wiley, memiliki pendapatan $ 1,7 miliar pada tahun 2017. Wiley menerbitkan 1.600 jurnal [18]. Bayangkan  seseorang merenungkan angka-angka ini dan berseru:

"Biar kuluruskan ini. Aku bekerja keras setiap hari, selama berbulan-bulan dan pada akhirnya menulis esai ini. Ketika selesai ditulis, saya menyerahkannya ke jurnal untuk dipublikasikan. Jika saya cukup beruntung untuk memperoleh penerimaan (acceptance), saya harus mentransfer hak cipta (copyright) saya ke konglomerat penerbitan multinasional yang sangat kaya, yang segera menerbitkan artikel dan meletakkannya di belakang dinding berbayar (paywall). Dari titik itu, satu-satunya orang yang dapat membaca esai saya adalah mereka yang membayar akses ke sana, atau yang bekerja untuk seseorang yang membayar akses ke sana. Saya tidak mendapatkan uang untuk kerja-kerja saya (I get no money for my labors), meskipun saya mendapatkan sebuah baris pada daftar riwayat hidup (CV) saya. Bagaimana ini berbeda dari menjadi budak (being a slave)?"

Tidak semua jurnal dimiliki oleh perusahaan/korporasi kaya, tetapi banyak yang demikian. Filsuf Mark Colyvan telah menyusun daftar jurnal filsafat "50 teratas", yang dipecah menjadi dua kelompok:  25  jurnal filsafat generalis terbaik dan 25 jurnal spesialis terbaik [19]. Sepuluh dari 50 jurnal diterbitkan oleh  Wiley, 10 oleh Springer, dua oleh Taylor & Francis, dua oleh Brill (pendapatan bersih Brill pada tahun 2019 sebesar $2,62 juta), dan satu oleh Elsevier. Delapan diterbitkan oleh Universitas Oxford, yang, pada  2017, telah mengkonsolidasikan aset bersih $11,89 miliar. Empat  diterbitkan oleh Universitas Cambridge, yang, pada 2017, telah mengkonsolidasikan aset bersih $15,59 miliar [20]. Itulah  37 dari 50 jurnal yang diterbitkan oleh perusahaan kaya secara tidak masuk akal, dan beberapa dari 13 sisanya diterbitkan oleh universitas-universitas yang sama-sama kayanya---jika tidak lebih kaya---, seperti Duke, Chicago, Pennsylvania, Illinois, dan Johns Hopkins.

Jika Anda mengirimkan artikel Anda ke jurnal "terkemuka/bereputasi" yang dimiliki oleh salah satu perusahaan kaya ini (dan sebagian besar dari mereka), Anda berpartisipasi dalam sistem yang eksploitatif (dan karenanya: sistem yang tidak adil). Jika, seperti saya, Anda menolak untuk dieksploitasi (diperlakukan tidak adil), dan jika, juga seperti saya, Anda menolak untuk berpartisipasi dalam sistem yang mengeksploitasi orang lain, Anda akan mempertimbangkan untuk mengirimkan karya ilmiah Anda ke jurnal "predator".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun