Mohon tunggu...
Juneman Abraham
Juneman Abraham Mohon Tunggu... Dosen - Kepala Kelompok Riset Consumer Behavior and Digital Ethics, BINUS University

http://about.me/juneman ; Asesor Kompetensi - tersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi; Adjunct Lecturer di Sekolah Tinggi Kepemerintahan dan Kebijakan Publik (SGPP Indonesia); Pengurus Masyarakat Kebijakan Publik Indonesia (MAKPI) bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Butuh Kesadaran Kritis Mengenali Jurnal Predator: Implikasi Terhadap Integritas Akademik

22 Maret 2021   10:25 Diperbarui: 22 Maret 2021   14:18 2044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: http://dasaptaerwin.net/wp/2021/02/show-me-the-money.html

Ringkasnya, setelah membaca seluruh artikel ini dan belum berkesempatan menyajikan seutuhnya dalam Bincang (meskipun telah saya siapkan salindianya), saya memutuskan untuk menerjemahkan artikel tersebut ke bahasa Indonesia. Izin penerjemahan dan publikasi di blog, saya peroleh langsung dari penulisnya, Associate Professor Keith Burgess-Jackson, J.D., Ph.D. dari The University of Texas at Arlington, USA, melalui surel pada 18 March 2021, pukul 21:15 WIB.

burgess-jackson-jpg-60580678d541df1d0f63a212.jpg
burgess-jackson-jpg-60580678d541df1d0f63a212.jpg

Artikel Burgess-Jackson saya pandang sebagai sebuah upaya serius yang membawa kita sejengkal lebih dalam untuk mengenali jurnal predator. Mengapa saya tidak menggunakan frasa "selangkah lebih maju", melainkan "sejengkal lebih dalam"?

Apabila kita mencermati berbagai kriteria jurnal predator yang saya sertakan tautannya di atas, juga apabila kita cari di Google Scholar artikel-artikel ilmiah yang mengupasnya, kita akan menangkap bahwa mayoritas dari kriteria jurnal predator yang dikemukan merupakan kriteria teknis. Burgess-Jackson (2020) menyajikan pembahasan yang lebih mendalam secara substantif. Kriteria teknis mungkin membawa kita selangkah lebih maju dalam mengenali jurnal predator, namun pembahasan substantif akan membawa kita sejengkal lebih dalam dalam memahaminya. Mengapa saya menggunakan kata "mungkin"? Tanpa kedalaman, sulitlah kita selangkah lebih maju; kalau pun tampak lebih maju, boleh jadi itu kemajuan semu dalam pemahaman kita mengenai jurnal predator.

Pembahasan Burgess-Jackson (2020) dapat menggugah kesadaran kita, atau bahkan mengganggu kesadaran kita selama ini mengenai jurnal predator. Ternyata, banyak kriteria jurnal predator yang sangat tidak memadai, namun selama ini kita pegang. Tidak hanya itu, Burgess-Jackson (2020) juga mengajak kita untuk melepaskan hal-hal yang selama ini kita yakini (yang, barangkali, tidak pernah kita uji) terkait dengan jurnal predator.

Meskipun merupakan sebuah artikel filsafat/filosofi, menurut hemat saya, uraiannya cukup mudah untuk diikuti oleh akademisi Indonesia yang sudah memperoleh kuliah Filsafat Umum, Filsafat Manusia, atau Filsafat Ilmu. Akademisi pemula pada umumnya sudah dapat menikmati artikel ini tanpa harus memiliki latar belakang pengetahuan spesifik tentang dunia publikasi ilmiah. Saya memutuskan untuk menerjemahkannya secara penuh, bukan menyadurnya, atau pun menyajikan ringkasannya, agar pembaca memperoleh keutuhan alur berpikirnya. Burgess-Jackson (2020) telah mengemukakan dengan baik bagaimana ia mendefinisikan jurnal predator, serta siapa yang memenuhi kriteria jurnal predator, dan siapa yang bukan.

Daya Kritis dan Integritas Akademik

Tentu saja, kita boleh tidak setuju dengan beberapa pandangan beliau yang cukup bahkan sangat radikal. Akan tetapi, pertama, bukankah berpikir radikal (dalam arti sejatinya, yaitu berpikir hingga ke akarnya; harus dibedakan dari radikalisme) memang merupakan ciri pemikiran kefilsafatan? Kedua, maksud utama dari tulisan ini adalah menambahkan perspektif mengenai hakikat jurnal predator, sehingga diharapkan di Indonesia, tidak hanya ada satu pandangan (monoton, apalagi menyesatkan) dalam mendefinisikan jurnal predator.

Ketiga, tulisannya tidak terlepas dari siapa dirinya. Kalau kita selama ini mengenal istilah "mitra bestari" untuk menyebut reviewer/penelaah, maka Burgess-Jackson (2020) saya kira adalah seorang "penulis bestari". Dengan demikian, ketika kita membaca bahwa ia mengemukakan, "We do not appreciate (or expect) criticism, constructive or otherwise ... Sometimes, to put it bluntly, the reviewers' comments are stupid", maka saya mengajak pembaca untuk tidak tergesa-gesa, lebih-lebih lagi emosional, untuk menilai kalimat ini sebelum membaca secara utuh konteks penyampaiannya.

Saya mengharapkan agar pembaca, sebagaimana saya, memperoleh kedalaman pandangan tentang jurnal predator dari artikel ini. Untuk itulah, saya menerjemahkan menjadi berbahasa Indonesia, dan menyunting versi berbahasa Indonesia itu selama sepekan. Meskipun dengan menerjemahkannya secara penuh, saya berhak disebut sebagai penulis atau pun co-author dari artikel tersebut, sebagaimana dinyatakan oleh sejumlah ahli (lihat, misalnya, Staniszewska (2011), "The Translator as The Second Author"),  saya tidak mengambil manfaat (benefit) dalam hal ini. 

Di samping itu, apabila ada juga pembaca yang merupakan pembuat kebijakan di bidang Ristek (riset dan teknologi) maupun Dikti (pendidikan tinggi), semoga artikel ini dapat menjadi masukan untuk menguatkan definisi dan kriteria tentang jurnal predator di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun