3. Rindu Sesuatu yang Unik.
Sama halnya seperti perasaan sejenisnya, rindu tak bisa dipesan dan diantar begitu saja , ia masih murni dan bebas, terserah dan manasuka datang dan perginya. Terkadang ketika rindu sudah mencengkram kita sebegitu kuatnya, kelenjar air mata otomatis bekerja, ada air mata yang menetes tanpa alasan yang jelas, ada sesuatu hal yang masuk, kesyahduan. Nah itu adalah air mata rindu.
Air mata rindu tercipta dari sebuah keintiman peristiwa dan momentum yang karib dengan pedalaman jiwa seseorang. Sebab ia hadir tidak didorong oleh perasaan yang menyakitkan, yang mengoyak, resah dan prihatin, karena kata Chairil Anwar "mampus kau dikoyak sepi" bukan dikoyak rindu.
Dan sebaliknya air mata rindu, bukan air mata sukacita, karena rindu adalah nuansa batin yang sedang berkomunikasi dengan masa lalunya. Ada kesan kerinduan yang berhak mengotak-atik kenangan, yang tentu saja hubungannya dengan masa lalu.
4. Keintiman untuk Kembali
Sangkan Paraning Dumadi, mungkin menjadi jawaban dari segala pertanyaan tentang rindu.
Dari filosofi rindu, pertanyaannya adalah kemanakah manusia akan kembali pada akhirnya?, apakah manusia tidak merindukan asal mulanya?.
Asal segala sesuatu untuk menjadi tempat berpulangnya, kerinduan untuk kembali ke yang Satu.
Maka kerinduan yang paling hakiki ini menjadi sebuah jawaban dari segala pertanyaan mengenai perihal rindu.
Perihal mahluk yang kembali kepada khaliqnya, adalah sebenar-benarnya rindu. Rindu yang progresif, aktif, dan terus menerus. Ia bersifat intim dan dekat.
Kau mendekati Tuhan dengan berjalan, Ia akan berlari mendekapmu, begitulah rindu Tuhan kepada para mahluk yang merindukannya.