"Betul," sahutku. "Kita harus kerja ekstra buat bagian itu."
Setelah istirahat sebentar, kami pun kembali ke perpustakaan untuk melanjutkan pekerjaan. Suasana di dalam perpustakaan semakin sepi seiring dengan berjalannya waktu. Hanya ada beberapa pengunjung yang masih asyik membaca atau belajar.
Saat kami sedang asyik bekerja, tiba-tiba Niken menoleh ke arahku. "Arman, aku mau bilang sesuatu."
Aku mengangkat alis, penasaran. "Ada apa, Niken?"
Niken tersenyum kecil. "Aku cuma mau bilang terima kasih. Terima kasih udah nerima aku di tim ini, dan udah jadi teman yang baik buat aku. Aku senang bisa berkontribusi di Lintas Garis Coffee."
Aku merasa tersentuh mendengar kata-katanya. "Aku juga senang, Niken. Kamu udah bawa banyak perubahan positif buat kita. Terima kasih udah jadi bagian dari tim ini."
Ragil dan Rendra yang mendengar percakapan kami ikut tersenyum. "Kita semua tim yang solid," kata Ragil. "Dan aku yakin, dengan kerja keras kita, proposal ini akan jadi yang terbaik."
"Setuju!" sahut Rendra. "Ayo, kita selesaikan ini dengan baik!"
Kami pun kembali fokus pada pekerjaan kami, dengan semangat yang semakin membara. Meskipun ada tantangan dan kejutan di tengah perjalanan, aku merasa bersyukur memiliki teman-teman seperti Ragil, Rendra, dan Niken. Mereka adalah bagian dari mimpi besar Lintas Garis Coffee, dan bersama mereka, aku yakin kami bisa melintasi garis-garis baru menuju kesuksesan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI