(4)
Pukul 16.00 WIB, seperti biasa, Lintas Garis Coffee mulai ramai dikunjungi pelanggan. Suasana sore yang hangat ditemani aroma kopi yang menggugah selera membuat kafe kami menjadi tempat favorit bagi banyak orang. Aku, Arman, bersama ibu Arini dan adikku Anjani, sudah siap di belakang counter. Anjani bertugas mengambil pesanan, sementara aku dan ibu bertugas menyiapkan minuman dan makanan.
Namun, hari ini ada agenda khusus yang ingin kubahas setelah kafe mulai sepi. Aku sudah mengundang Ragil dan Rendra untuk datang ke Lintas Garis Coffee setelah jam sekolah. Kami akan membahas rencana mengikuti Lomba Bisnis Muda Sidoarjo yang diadakan oleh pemerintah daerah. Lomba ini adalah kesempatan besar untuk mempromosikan kafe kami sekaligus mendapatkan modal tambahan untuk pengembangan.
"Arman, pesanan nomor lima sudah selesai?" tanya Anjani sambil membawa tray kosong.
"Sebentar lagi, Jani. Kopi latte-nya tinggal dituang," jawabku sambil menyelesaikan hiasan foam di atas kopi.
Ibu Arini tersenyum melihat kami bekerja sama dengan baik. "Kalian hebat hari ini. Pelanggannya ramai sekali."
"Semoga terus ramai ya, Bu," sahut Anjani sambil tersenyum.
Setelah puncak keramaian berlalu, akhirnya Ragil dan Rendra tiba. Mereka langsung duduk di meja favorit kami di sudut kafe, dekat dengan jendela besar yang menghadap ke jalan.
"Armannn, kita datang!" sapa Rendra dengan semangat.
"Eh, Ragil, Rendra! Silakan duduk. Aku siapkan minuman dulu," kataku sambil menyiapkan dua gelas kopi spesial untuk mereka.
Setelah semua pesanan pelanggan selesai, aku pun bergabung dengan Ragil dan Rendra di meja mereka. Anjani juga ikut mendekat, penasaran dengan pembicaraan kami.
"Jadi, gimana rencananya? Kalian serius mau ikut lomba bisnis muda itu?" tanya Ragil sambil menyeruput kopinya.
"Aku serius, Gil. Ini kesempatan besar buat Lintas Garis Coffee. Kita bisa dapet exposure besar, dan siapa tau bisa menang dapet modal buat ngembangin kafe," jawabku antusias.
Rendra mengangguk. "Aku juga setuju. Tapi, kita harus punya strategi yang bagus. Lomba ini pasti pesertanya banyak, dan kita harus beda dari yang lain."
"Betul," sahut Ragil. "Pertama, kita harus bikin proposal bisnis yang jelas. Mulai dari konsep kafe, target pasar, sampai rencana pengembangan ke depannya."
Aku mengangguk, mencerna setiap kata Ragil. "Aku sudah punya beberapa ide. Misalnya, kita bisa bikin konsep 'Lintas Garis Coffee' sebagai tempat nongkrong yang ramah lingkungan. Kita bisa pakai bahan-bahan organik dan mengurangi penggunaan plastik."
"Wah, ide bagus tuh!" seru Rendra. "Sekarang kan lagi tren go green. Pasti banyak yang suka."
Ragil mencatat beberapa poin di bukunya. "Kita juga bisa tambahkan program loyalty card buat pelanggan setia. Jadi, setiap kali mereka beli kopi, mereka dapet poin yang bisa ditukar dengan minuman gratis atau diskon."
Anjani yang selama ini diam tiba-tiba ikut nimbrung. "Kakak, aku juga punya ide! Bagaimana kalau kita bikin acara-acara kecil di kafe, seperti open mic night atau workshop kopi? Biar suasana kafe lebih hidup."
Mataku langsung berbinar. "Ide bagus, Jani! Itu bisa jadi nilai tambah buat proposal kita."
Rendra tertawa. "Wah, ternyata Anjani juga jago mikir ide ya!"
Anjani tersipu malu. "Ah, cuma usul aja kok."
Kami pun terus berdiskusi, merangkai ide-ide segar yang bisa membuat Lintas Garis Coffee menonjol di antara peserta lomba lainnya. Ragil bertugas merancang proposal bisnis dan analisis keuangan, sementara Rendra akan membantu dengan promosi dan desain materi presentasi. Aku sendiri akan fokus pada konsep operasional dan pengembangan kafe.
"Kita punya waktu dua minggu buat nyiapin semuanya," kata Ragil sambil menutup bukunya. "Ayo, kita kerja keras buat bawa Lintas Garis Coffee ke tingkat yang lebih tinggi!"
"Ayo!" sahut kami serentak, penuh semangat.
Setelah diskusi usai, aku merasa optimis. Dengan dukungan dari Ragil, Rendra, dan Anjani, aku yakin kami bisa membuat proposal yang menarik dan memenangkan lomba ini. Lintas Garis Coffee bukan sekadar kafe bagi kami---ia adalah mimpi yang terus kami kejar, dan kami siap melintasi garis-garis baru untuk mewujudkannya.
***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI