Tanpa membaca, seorang pejabat bisa dengan mudah dipengaruhi oleh pandangan-pandangan yang sempit dan bias. Mereka mungkin hanya berinteraksi dengan lingkaran yang terbatas, yang memiliki pandangan yang seragam.Â
Buku membuka jendela ke dunia lain, ke berbagai perspektif yang berbeda. Ia memungkinkan seorang pejabat untuk melihat masalah dari berbagai sudut pandang, memahami argumen yang berlawanan, dan akhirnya membuat keputusan yang lebih seimbang dan adil.Â
Jadi, ketika kita melihat seorang pejabat yang kebijakan-kebijakannya terasa dangkal, kita mungkin bisa menebak bahwa ia jarang meluangkan waktu untuk membaca buku.
Pentingnya Buku untuk Visi dan Empati
Membaca buku bukan hanya tentang mengumpulkan informasi atau data. Lebih dari itu, membaca juga tentang membentuk karakter, membangun visi, dan melahirkan empati.Â
Buku-buku fiksi, misalnya, bisa membantu seorang pejabat memahami kompleksitas emosi manusia dan realitas kehidupan rakyat yang beragam. Mereka bisa merasakan perjuangan seorang buruh, penderitaan seorang petani, atau harapan seorang anak miskin, hanya dengan membaca kisah-kisah mereka.Â
Empati ini sangat penting agar kebijakan yang dibuat tidak hanya bersifat teknokratis, tetapi juga manusiawi dan berpihak pada mereka yang paling membutuhkan.
Buku-buku biografi dan sejarah juga sangat penting bagi pejabat. Dengan membaca biografi pemimpin-pemimpin besar dunia, mereka bisa belajar tentang kepemimpinan, kegagalan, dan keberhasilan.Â
Mereka bisa memahami bahwa memimpin adalah sebuah seni, bukan hanya sebuah jabatan. Membaca sejarah bisa membantu mereka memahami bahwa setiap keputusan yang diambil hari ini akan memiliki dampak di masa depan.Â
Hal ini bisa memicu mereka untuk berpikir lebih jauh, merancang visi jangka panjang yang tidak hanya berlaku selama masa jabatan, tetapi juga untuk generasi mendatang.
Buku adalah sekolah tanpa batas. Ia tidak menuntut kita untuk hadir di kelas atau mengikuti jadwal tertentu. Ia bisa kita baca di mana saja dan kapan saja, dan ia selalu siap untuk mengajarkan kita hal-hal baru.Â