Dunia perpustakaan selalu memiliki tempat istimewa di hati saya. Sejak saya memulai karier sebagai pengajar pada tahun 1997, saya merasa sangat tertarik dan dekat dengan dunia buku, dan lebih jauh lagi, tempatnya, perpustakaan.Â
Meskipun latar belakang pendidikan saya bukan di bidang kepustakawanan, gairah untuk mengamati dan ikut serta menghidupi perpustakaan di Yayasan Al Ghifari Kota Bandung tumbuh dengan alami.Â
Perpustakaan di sekolah tempat saya mengajar bukan sekadar tempat penyimpanan, melainkan sebuah ruang yang vital, tempat di mana ilmu pengetahuan dan kreativitas saling bertemu.
Kisah keterlibatan saya ini tidak bisa dilepaskan dari sosok Bapak Harun Suwandi, seorang pustakawan hebat di Al Ghifari yang saya sebut sebagai guru perpustakaan saya.Â
Beliau telah purnatugas, namun ilmunya tetap saya pegang teguh. Belasan tahun yang lalu, saya berkesempatan membantu beliau merintis dan membenahi perpustakaan.Â
Kami berdua memiliki visi yang sama yaitu perpustakaan harus menjadi ruang yang dinamis. Dari beliau, saya belajar bahwa perpustakaan bukan hanya tempat buku, tetapi ruang aksi semua.Â
Saya dan beliau sering terjun langsung untuk belanja buku-buku yang dibutuhkan siswa-siswi Al Ghifari. Kami menjelajahi Pasar Palasari di Kota Bandung, berjam-jam memilih buku terbaik, lalu bersama-sama membenahi perpustakaan.Â
Momen-momen itu sungguh berharga, karena dari sana saya melihat langsung bagaimana kerja keras dapat menghidupi perpustakaan.
Kisah ini semakin dalam karena istri saya tercinta juga seorang pustakawan. Beliau adalah pustakawan pertama di SD Plus Al Ghifari dan juga merupakan hasil didikan dari Bapak Harun Suwandi.Â
Meskipun saat ini beliau telah mengundurkan diri untuk fokus mengurus rumah tangga, fondasi perpustakaan yang ia bangun terus berjalan dan berusaha untuk hidup.Â
Hingga sekarang, saya masih terus berusaha menghidupi perpustakaan, salah satunya dengan mempromosikannya kepada siswa dan guru, serta memastikan perpustakaan itu sendiri terus berbenah.Â