Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Panen Kebaikan di Balik Setumpuk Jagung Manis

16 September 2025   22:32 Diperbarui: 16 September 2025   22:32 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Setumpuk jagung manis di suatu ruang. | Dok. Pribadi/Jujun Junaedi

Setelah berbulan-bulan, tibalah waktu panen. Jagung-jagung itu dipetik saat matang sempurna, menghasilkan butiran kuning cerah yang manis dan renyah. Kualitasnya sangat baik, dengan ukuran yang seragam dan butiran yang padat. 

Ini menunjukkan bahwa jagung ini bukan sekadar produk sampingan, tetapi hasil dari perhatian dan kerja keras yang serius. Jagung-jagung ini dikemas dalam kantong-kantong, siap untuk didistribusikan.

Saat sampai di kantor, jagung-jagung ini menjadi alat untuk berbagi kebahagiaan. Para guru dan pegawai yang membeli jagung ini tidak hanya mendapatkan produk berkualitas, tetapi juga turut serta dalam lingkaran kebaikan. 

Uang sebesar Rp 12.000 per kilogram yang mereka bayarkan bukan hanya untuk membeli jagung, melainkan juga sebagai bentuk apresiasi terhadap jerih payah sang guru. 

Ini adalah transaksi yang melampaui urusan ekonomi, menjadi sebuah pertukaran nilai dan penghargaan. Setiap kantong jagung yang berpindah tangan membawa cerita tentang kebersamaan dan rasa saling menghargai.

Nilai Lebih dari Sekadar Jagung: Menggali Makna Kebersamaan

Jagung manis ini mewakili lebih dari sekadar makanan. Ia menjadi simbol kebersamaan. Di lingkungan kerja yang seringkali berfokus pada tugas dan target, keberadaan jagung-jagung ini menciptakan momen kehangatan. 

Para guru dan pegawai berkumpul, berbincang, dan berbagi cerita tentang jagung tersebut. Ini menjadi topik pembicaraan yang ringan dan positif, menciptakan suasana yang lebih akrab dan personal. Tanpa disadari, jagung ini telah menjembatani hubungan antar rekan kerja.

Kisah ini juga mengingatkan kita pada pentingnya menghargai setiap pekerjaan, tidak peduli seberapa kecil atau sederhananya. Menanam jagung mungkin terlihat sepele, tetapi butuh dedikasi dan pengetahuan. 

Begitu juga dengan pekerjaan lain, termasuk mengajar atau mengurus administrasi. Setiap orang di lingkungan ini punya peran penting, dan setiap kontribusi, besar maupun kecil, layak untuk diapresiasi.

Pada akhirnya, jagung-jagung ini mengajarkan tentang makna berbagi yang tulus. Sang guru tidak menjual jagungnya untuk mencari keuntungan besar, tetapi untuk memberikan manfaat kepada orang-orang terdekatnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun