Angka ini jauh lebih banyak dibandingkan cabai Domba yang cenderung lebih rentan terhadap hama dan penyakit, sehingga masa panennya pun tidak sebanyak cabai Rancung.
Melihat berbagai kelebihan tersebut, tidak heran jika warga di Neglasari, Cisompet, lebih banyak memilih untuk mengembangkan dan menanam cabai Rancung.Â
Pertimbangannya jelas: perawatannya yang mudah, daya tahan terhadap hama yang tinggi, dan hasil panen yang bisa lebih melimpah.Â
Semua faktor ini sangat menguntungkan bagi para petani, baik untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga maupun untuk menambah penghasilan.
Salah seorang warga Desa Neglasari, Abdul Gofur (usia 40-an), menyampaikan hal ini pada Rabu, 25 Juni 2025. Abdul Gofur mengakui bahwa dirinya bukanlah seorang petani tulen dalam artian sebagai profesi utama.Â
Pekerjaan utamanya adalah membuka usaha bengkel motor, heleran, dan berbagai usaha sampingan lainnya.Â
Namun, ia memilih untuk menanam cabai Rancung sebagai cara untuk memanfaatkan lahan kosong di sekitar rumahnya dan sekaligus menambah penghasilan keluarga.
Bagi Abdul Gofur, menanam cabai Rancung bukan sekadar hobi atau pekerjaan sampingan, melainkan bagian dari upaya untuk menjaga ketahanan pangan keluarga.Â
Dengan menanam sendiri, ia bisa memastikan ada pasokan cabai segar yang cukup untuk kebutuhan dapur tanpa harus bergantung pada pasar.Â
Ini adalah wujud nyata dari kemandirian pangan di tingkat rumah tangga.
Menurut Abdul Gofur, apa yang dilakukannya ini juga menjadi pilihan banyak warga lainnya di Neglasari. Banyak tetangganya yang juga menanam cabai Rancung, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga, tetapi juga sebagai sumber pendapatan tambahan.Â