Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Petani Serba Bisa: Dari Jagung Hingga Kacang Arit, Sumber Kemandirian Ekonomi Keluarga di Kebun Kolecer

5 Mei 2025   20:21 Diperbarui: 5 Mei 2025   20:21 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil panen kacang arit (jenis kacang roay). | Dok. Pribadi/Jujun Junaedi

Hampir sepanjang hidup mereka, Ma Enah (63) dan Bah Sain (66), pasangan suami istri petani ini, setia mengabdikan diri mengolah tanah di Kebun Kolecer, Desa Narawita, Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Di lahan seluas kurang lebih 150 tumbak, mereka tak pernah lelah bercocok tanam, silih berganti menanam jagung, cabai, labu siam, kacang tanah, kacang merah, hingga jenis kacang roay yang unik, kacang arit.

Berasal dari Desa Margaasih-Narawita, Cicalengka, Ma Enah dan Bah Sain hingga kini tak pernah meninggalkan profesi yang telah mendarah daging ini. 

Bertani bagi mereka bukan sekadar pekerjaan, melainkan juga panggilan jiwa yang memberikan kehidupan.

Dalam mengelola kebun, Ma Enah dan Bah Sain menunjukkan kelihaian dan adaptabilitas yang patut diacungi jempol. 

Mereka tidak terpaku pada satu jenis tanaman saja, melainkan dengan cerdik mengganti-ganti tanaman sesuai dengan musim yang berlaku. 

"Ah, Ema mah terus wae berganti-ganti tanaman sesuai musim," ujar Ma Enah dengan senyum ramahnya saat ditemui di kediamannya di Kampung Cicadas, Desa Margaasih, Cicalengka, Kabupaten Bandung, pada Senin sore (5/5/2025).

Ma Enah berbagi cerita tentang panen raya yang baru saja mereka nikmati sekitar satu bulan yang lalu. 

Hasil panen jagung dan tanaman lainnya kala itu sungguh memuaskan, mampu menopang kebutuhan hidupnya bersama sang suami. 

Adapun, kelima anak mereka telah berkeluarga dan mandiri, sehingga hasil bumi dari Kebun Kolecer sepenuhnya menjadi sumber penghidupan Ma Enah dan Bah Sain.

Dengan penuh syukur, Ma Enah mengungkapkan bahwa dari hasil bertani inilah mereka mampu hidup mandiri, memenuhi segala kebutuhan sehari-hari, bahkan membesarkan dan menikahkan kelima buah hati mereka. 

Kerja keras dan ketekunan mereka di ladang telah membuahkan kemandirian ekonomi yang kokoh.

Pada pertemuan sore itu, Ma Enah tampak sedang asyik mengupas kacang arit, sejenis kacang roay yang memiliki bentuk unik menyerupai arit atau sabit kecil. 

Dengan raut wajah bahagia, Ma Enah menuturkan bahwa setelah tiga bulan masa tanam, kacang aritnya kini siap dipanen. 

Keistimewaan kacang arit ini, lanjut Ma Enah, adalah kemampuannya untuk dipanen lebih dari satu kali, bahkan hingga tiga kali dalam satu musim tanam.

Dari hasil panen kacang arit ini, Ma Enah mampu mengumpulkan hasil yang cukup signifikan, berkisar antara 15 hingga 20 kilogram. 

Kacang arit hasil kebunnya kemudian dijual kepada bandar dengan harga yang cukup menguntungkan, yaitu sepuluh ribu rupiah per kilogram.

Kacang arit yang sudah dikupas lalu ditakar dengan kiloan. | Dok. Pribadi/Jujun Junaedi
Kacang arit yang sudah dikupas lalu ditakar dengan kiloan. | Dok. Pribadi/Jujun Junaedi
Selain dijual dalam bentuk mentah, Ma Enah juga memiliki keahlian dalam mengolah kacang arit menjadi berbagai hidangan lezat. 

Kacang arit goreng renyah atau sayur kacang arit yang gurih seringkali menjadi menu santapan keluarga, anak-anak, serta sanak saudara lainnya. 

Inilah salah satu cara Ma Enah memaksimalkan potensi hasil kebunnya.

Lebih lanjut, Ma Enah dengan semangat menceritakan bagaimana ia melihat potensi kacang arit sebagai sumber kemandirian ekonomi keluarga. 

Baginya, menanam kacang arit bukan hanya sekadar mengisi lahan kosong atau menunggu musim tanam komoditas lain. 

Kacang arit telah bertransformasi menjadi salah satu pilar penting dalam menopang perekonomian keluarga.

Ketekunan Ma Enah dan Bah Sain dalam bertani, kemampuan mereka beradaptasi dengan berbagai jenis tanaman, serta kejelian Ma Enah dalam melihat peluang nilai tambah pada kacang arit, adalah cerminan dari semangat pantang menyerah dan kemandirian. 

Kisah mereka di Kebun Kolecer menjadi inspirasi bagi banyak orang, bahwa dengan kerja keras dan pemanfaatan potensi lokal, kemandirian ekonomi keluarga bukanlah sekadar impian.

Dari jagung yang menjadi sumber pangan utama, hingga kacang arit yang diolah menjadi berbagai produk bernilai jual, Ma Enah dan Bah Sain telah membuktikan diri sebagai petani serba bisa yang mampu memakmurkan keluarga dari hasil bumi. 

Dedikasi mereka pada tanah dan kemampuan mereka berinovasi patut dijadikan teladan bagi generasi petani selanjutnya.

Kisah Ma Enah dan Bah Sain adalah potret nyata ketangguhan petani Indonesia yang mampu bertahan dan berkembang di tengah berbagai tantangan. 

Mereka adalah pahlawan pangan sejati yang dengan tangan terampilnya menghidupi keluarga dan memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan bangsa. 

Semangat mereka yang tak pernah padam dalam mengolah tanah adalah warisan berharga yang patut dilestarikan dan dianjutkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun